TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu seniman pembuat patung "Manusia Akar", Herry Maizul membantah anggapan bahwa pencopotan patungnya dari bagian timur titik nol Malioboro Yogyakarta dilakukan akibat desakan organisasi kemasyarakatan Islam. Patung tersebut memang kerap dianggap berbau pornografi. Informasi tersebut sempat beredar di media online sebuah stasiun televisi swasta nasional.
"Saya sudah dihubungi Kepala Unit Pelaksana Teknis Malioboro (Syarif Teguh). Izin untuk memindahkan patung itu ke tempat lain sudah keluar. Rencananya di Kotabaru," kata Herry, saat dihubungi Tempo, Senin, 10 Februari 2014.
Baca Juga:
Herry pun menceritakan kronologi kasus ini. Patung berbentuk sepasang kaki manusia dengan tubuh berbentuk akar setinggi sekitar 5 meter berwarna cokelat kemerahan itu dibuat oleh tujuh orang. Mereka adalah pematung, pelukis, desainer interior, dan fotografer. Patung itu diikutkan dalam Biennale Yogyakarta pada 2011. Meski tak masuk kuratorial Biennale, patung itu ditampilkan di luar area Biennale, yaitu di Titik Nol.
"Banyak orang suka. Orang berfoto atau bikin sinetron dengan background patung itu. Seolah sudah jadi ikon Yogyakarta," kata Herry, mengklaim.
Lantaran alasan itu pula, setelah Biennale usai, patung itu tetap dipajang di sana.
"Pak Herry Zudianto (mantan Wali Kota Yogyakarta) menginginkan patung itu tetap di sana," kata Herry.
Baca Juga:
Namun, pada awal Januari lalu, dia dihubungi UPT Malioboro untuk memindahkan patung tersebut ke Kotabaru. Herry meminta proses pemindahan tersebut melibatkan seniman yang membuatnya, sehingga patung tersebut tidak rusak. Namun, pada 20 Januari, UPT Malioboro kembali mengontak Harry dan mengabarkan secara tiba-tiba bahwa patung itu akan dipindahkan pada tengah malam. Alasannya, atas perintah atasan (Pemerintah Kota Yogyakarta). Herry menyesalkan instruksi itu karena dilontarkan secara mendadak tanpa melibatkan seniman. Malam itu, ada warga yang mengambil foto patung itu dan mempublikasikannya melalui Twitter.
Patung tersebut sekarang ada di belakang kantor UPT Malioboro. Herry sudah melihat dan mengambil gambarnya. Kondisi patung rusak pada delapan titik. "Beberapa bagian patah," tutur Herry.
Herry mendapat informasi bahwa pada 11 Februari, dia dipanggil UPT Malioboro untuk membicarakan pemindahan patung itu. "Saya tak masalah patung itu dipindah. Tapi saya minta untuk diperbaiki dulu," katanya.
Sementara itu, panitia Biennale, Yustina Neni, menyatakan tak masalah jika patung itu dipindah. Sebab, hal itu akan memberi napas baru dan konteks baru di Yogyakarta. Dia menilai kabar tentang desakan dari ormas sebagai alasan yang dibuat-buat.
"Kenapa tidak menyampaikan alasan yang elegan? Karena dipindah pun tak masalah. Masak pemerintah takut sama ormas?" kata Yustina.
PITO AGUSTIN RUDIANA