Namun bebeda dengan Singapura, keduanya dianggap musuh dan digantung hingga meninggal di sana. Karena itu, ketika TNI Angkatan Laut mengabadikan namanya menjadi identitas kapal perang, yaitu KRI Harun Usman, Singapura protes. (Baca: Singapura Protes Nama KRI Harun Usman)
Eksekusi pemerintah Singapura itu tentu saja memantik protes masyarakat Indonesia. Bahkan, mahasiswa Indonesia di Jakarta kala itu marah terhadap Singapura. Apalagi tidak sedikit warga Bawean yang tinggal di Jakarta dan Singapura. Namun, aksi protes itu segera dilerai Menteri Luar Negeri Adam Malik. (baca:Menko Djoko: Singapura Harusnya Tak Intervensi)
Kini, ketika Singapura menyatakan keberatannya atas penamaan Usman Harun untuk kapal TNI Angkatan Laut, warga Bawean pun memprotes. Imam mengatakan seharusnya penamaan itu tidak menjadi masalah. "Amat sangat tidak jadi masalah buat kami warga Bawean. Kami protes kalau Singapura keberatan," kata Imam.
Warga setempat menganggap Harun mengharumkan nama Pulau Bawean. Mereka tidak peduli dengan sikap Singapura. Warga bahkan mengusulkan mengabadikan nama Harun untuk nama lapangan terbang yang dibangun di Bawean.
Pemerintah sendiri juga sudah memberikan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968, tanggal 17 Okt 1968. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Berita terkait
TNI Pakai Nama Bung Tomo untuk Kapal Perang Baru
Jalan Usman Harun Bakal Muncul di Jakarta
Ihwal Nama KRI, Menteri Marty Diprotes Singapura