TEMPO.CO, Bandung -Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan rata-rata biaya konsumsi rumah tangga gabungan 7 kota di Jawa Barat hasil Survey Biaya Hidup (SBH) 2012 tercatat Rp 5.4 juta. "Ada perubahan pola konsumsi masyarakat dan ada perubahan komoditi," kata Kepala Bidang Statistitk Distribusi BPS Jawa Barat Dody Gunawan Yusuf di kantornya, Senin, 3 Februari 2014.
BPS mendapati tren pola konsumsi di 7 kota di Jawa Barat yakni proporsi biaya hidup kelompok makanan terus turun. Di Jawa Barat, komposisi proporsi konsumsi kelompk makanan 35,85 persen, sementara non makanan 64,15 persen.
Kota Sukabumi sebagai daerah dengan pola konsumsi dengan proporsi biaya hidup kelompok makanan tertinggi yakni 45,23 persen dari rata-rata konsumsi rumah tangganya seluruhnya Rp 3.8 juta. Sebaliknya Kota Depok mencatatkan proporsi konsumsi makanan terendah yakni hanya 32,88 persen. "Di Depok pengeluaran non makanan yang meningkat," kata Dody.
Dody mengatakan, pergeseran yang paling mencolok berada pada meningkatnya pola konsumsi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan proporsi 17,71 persen dari nilai rata-rata biaya konsumsi rumah tangga di Jawa Barat. Nilainya hampir berimbang dengan Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 17,01 persen, dan masih lebih kecil dibanding kelompok bahan makanan 18,83 persen.
Proporsi konsumsi tertinggi di Jawa Barat tercatat pada Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 28,52 persen. Sementara konsumsi terendah justru di kelompok pengeluaran kesehatan 4,13 persen, disusul sandang 5,16 persen, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 8,63 persen.
Dalam survey itu, sub kelompok beras dan rokok masih menjadi konsumsi yang relatif tinggi di bandingkan sub kelompok lainnya. Sementara di wilayah perkotaan yang relatif besar penghasilan yang disisihkan untuk tabungan terhitung dominan di kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Menurut Doddy, survey biaya hidup itu dilakukan BPS tiap 5 tahun sekali, terakhir dilakukan pada 2007 lalu. Survey itu sengaja dilakukan BPS untuk memeriksa kelompok pengeluaran yang sensitif mempengaruhi inflasi tiap kota, dengan melakukan survey berkala terhadap pola konsumsi masyarakatnya.
Dody mengatakan, survey itu bukan menunjukkan biaya hidup di masing-masing kota itu. "Survey ini akan menjadi bahan dasar perhitungan Indeks Harga Konsumehn. Dari SBH itu akan dihasilkan paket komoditas yang berpengaruh dalam cakupan kota," kata dia.
Dia mencontohkan, inflasi Jawa Barat pada Januari 2014 tercatat 0,98 persen. Kenaikan harga gas elpiji menyumbang inflasi tertinggi mengalahkan telur ayam dan daging ayamn ras kendati pemicunya disebabkan oleh kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram hanya sepekan di awal Januari.
AHMAD FIKRI