TEMPO.CO, Yogyakarta - Kiai Haji Ahmad Sahal Mahfudh dikenal sebagai sosok ulama dengan pemikiran fikih sosial dan kenegaraan yang mumpuni. Di bawah naungannya, Nahdlatul Ulama dinilai mampu menjadi organisasi yang menghargai toleransi antar umat beragama.
Tokoh masyarakat Tionghoa Yogyakarta, Jimmy Sutanto, mengatakan tak pernah mengenal langsung sosok Ketua Umum Syuriah PBNU itu. Namun, ia yakin sikap NU dalam mengayomi golongan minoritas adalah buah pemikiran dan keluasan ilmunya.
"NU adalah organisasi yang sangat menghargai perbedaan," kata lelaki 69 tahun yang juga menjabat sebagai Ketua I Jogja Chinese Art and Culture Centre itu pada Tempo, Jumat, 24 Januari 2014.
Pukul 01.05 WIB Jumat dinihari ini, Kiai Sahal meninggal dunia di kediamannya, kompleks Pesantren Maslakhul Huda, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Tokoh NU yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia itu meninggal dalam usia 77 tahun akibat gangguan jantung dan paru-paru. "Kami ikut berduka," kata Jimmy menyampaikan belasungkawanya.
Ia mengatakan NU banyak melahirkan tokoh-tokoh agama yang menghargai pluralisme. Satu yang sangat ia kenal sosok dan kiprahnya adalah presiden ke-4 RI, K.H. Abdurrahman Wahid. Di masa hidupnya, ulama yang biasa disapa dengan Gus Dur itu dinilai sangat peduli terhadap kaum minoritas, termasuk warga Tionghoa.
Ia berharap pemikiran ulama-ulama NU, seperti Gus Dur dan juga Kiai Sahal, dilestarikan oleh para penerusnya. "Untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik," katanya.
ANANG ZAKARIA
Topik Terhangat
Banjir Jakarta | Banjir Manado | BBM Akil | Anas Ditahan | Buku SBY |
Berita Terpopuler
Sutan Sebut Rumah di Bogor Atas Nama Istrinya
Menpan Hapus Tenaga Honorer di Instansi Pemerintah
Pengacara SBY Somasi Fahri Hamzah
Alasan MK Pemilu Serentak Baru pada 2019