TEMPO.CO, Jakarta--Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Teguh Juwarno mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah kehilangan wibawa sebagai pimpinan koalisi. Hilangnya wibawa ini disebabkan karena tidak jelasnya penghargaan dan sanksi untuk anggota koalisi.
"Saya tidak melihat itu dilakukan," kata Teguh saat ditemui di kompleks parlemen, Senayan, Rabu, 15 Januari 2014. Dia mengatakan, kepemimpinan yang efektif akan mampu menjinakkan anggota yang bandel terhadap kesepakatan bersama. "Kalau tidak taat, ditegur atau dipulkul," kata dia.
Dia tak menampik jika Sekretariat Gabungan disebut mati suri. Hanya saja dia mengingatkan, ada tiga pimpinan partai politik di kabinet sekarang. Karena itu, Teguh yakin pimpinan partai tersebut masih menjalin komunikasi dalam kerangka kerjasama koalisi. "Setiap hari mereka koordinasi," ujar dia.
Teguh menuturkan, koalisi di Indonesia memang relatif aneh karena lebih berbasis kepentingan. Tak heran, kata dia, partai yang berbeda secara ideologi bisa bersama-sama dalam menjalankan pemerintahan. Menurut dia, koalisi saat ini bukan didasari cara pandang menyelesaikan suatu persoalan bangsa. Meski diwarnai berbagai ketidakcocokan, Teguh mengatakan kemungkinan untuk berkoalisi dengan anggota Setgab masih tetap terbuka.
Terkait dengan efektivitas pemerintahan, Teguh yakin tahun pemilu tak akan menghambat berlangsungnya pemerintahan. Meskipun, kata dia, para menteri yang berasal dari partai politik akan sibuk berkampanye. Teguh mengatakan, kunci berlangsungnya pemerintahan terletak pada jajaran birokrasi. "Jika kebijakan sudah diputuskan, tentu semua akan jalan," kata dia.
WAYAN AGUS PURNOMO
Terpopuler:
BBM Lengkap Akil Soal Idrus, Setya, & Pilgub Jatim
Mahfud Mengaku Heran Atas Pemilihan Akil Mochtar
Kado Tahun Baru Anas Urbaningrum Versi Ipar SBY
Perempuan Arab Saudi Dilarang Main Ayunan