TEMPO.CO, Sleman - Setelah letusan freatik 18 November 2013, Gunung Merapi sering mengeluarkan asap solfatara. Apakah ini pertanda akan erupsi? "Karena Merapi merupakan gunung api aktif, ya, biasa mengeluarkan asap," kata Sri Sumarti, Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, kemarin.
Hari ini, Selasa, 7 Januari 2014, pukul 05.05 hingga beberapa jam kemudian, asap setinggi 600 meter membubung keluar dari puncak Merapi. Asap tegak berupa kolom itu lalu terembus angin ke arah barat. Asap tebal itu berwarna putih dan didominasi air.
Baca Juga:
Menurut dia, material yang terlontar dari puncak Merapi berupa gas vulkanik. "Ada atau tidak ada hujan karena Merapi merupakan gunung api aktif, maka tetap saja sering mengeluarkan asap solfatara," kata Sri. Dia menambahkan, jika hujan mengguyur puncak, lalu ada pelepasan gas dari kawah, yang dominan adalah air. Tetapi, sering juga, di saat kemarau, gunung itu mengeluarkan asap solfatara meski tergolong normal.
Saat ini, menurut Sri, aktivitas kegempaan di Merapi tergolong minim. Itu sebabnya, status Merapi masih normal. Situasinya pun belum mengkhawatirkan warga yang tinggal di sekitar gunung. "Karena gunung api aktif, tekanan dari bawah tetap ada," kata Sri.
Lalsiman Pecut, petugas pengamatan Gunung Merapi di Pos Kaliurang, Pakem, Sleman, menyatakan dalam beberapa bulan ini Merapi beberapa kali mengeluarkan asap solfatara. Pada Januari, kata dia, terjadi tiga kali, yaitu pada 3 Januari sebanyak dua kali embusan, dan 7 Januari sekali embusan. Pada Desember 2013, terjadi satu kali embusan asap solfatara. "Itu asap solfatara biasa," katanya.
Data kegempaan pada 5 Januari 2013, terjadi empat kali guguran, satu kali gempa tektonik, dan satu kali gempa tele (jauh). Pada 4 Januari terjadi tiga kali guguran dan dua kali gempa tektonik. Pada 3 Januari terjadi satu kali gempa multiphase, empat kali guguran, dua kali gempa tektonik, dan dua kali embusan. "Aktivitas seperti itu normal," kata Pecut.
Namun, karena saat ini musim hujan, beberapa sungai yang berhulu Merapi masih berpotensi banjir lahar hujan. Namun tidak terlalu signifikan karena material Merapi di sungai sudah banyak berkurang.
MUH SYAIFULLAH