TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menganggap rencana pindahnya Basuki Tjahaja Purnama dari Partai Gerindra ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan masih sekadar wacana. Qodari belum melihat adanya pemicu yang bisa menyebabkan perpindahan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut. (Baca: Pindah ke PDIP, Tak Ada Manfaat bagi Ahok)
“Saya melihat belum ada masalah besar,” kata Qodari saat dihubungi, Sabtu, 4 Januari 2014. Qodari menilai, apa yang terjadi sekarang masih berupa spekulasi. Qodari belum yakin Ahok bakal melompat ke PDI Perjuangan.”Kecuali peta politik riil sudah berubah.”
Qodari mengatakan, seseorang setidaknya memiliki dua alasan untuk berpindah partai. Pertama, ada masalah besar antara kader partai dan tempat dia bernaung. Kedua, ada insentif yang dijanjikan oleh suatu partai kepada seseorang agar mau berpindah. Qodari melihat dua faktor ini belum terpenuhi antara Ahok, Gerindra, dan PDI Perjuangan.
Dia mencontohkan kepindahan Ahok dari Partai Indonesia Baru ke Golkar pada 2009. Menurut dia, Ahok berpindah hendak mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Ketika hendak berpindah dari Golkar ke Gerindra, kata dia, Ahok perlu kendaraan untuk menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. “Kalau ke PDI Perjuangan mau jadi apa,” kata Qodari.
Wacana Ahok pindah partai mengemuka setelah beberapa kali terlihat bersantap bareng dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Saat merayakan Natal beberapa waktu lalu, Megawati beserta beberapa kadernya datang ke rumah Ahok di Pluit. Adapun Ahok sejauh ini mengaku memang jarang bertemu dengan Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto, namun belum memiliki rencana pindah partai. (Baca:Apa yang Terjadi di Gerindra jika Ahok ke PDIP?)
WAYAN AGUS PURNOMO
Berita Terpopuler
Ahok Kunjungi Lagi Politikus PDIP
Ahok Keluar dari Gerindra, Siapa Rugi?
Alasan Ahok Ogah Ikuti Instruksi Jokowi