TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dinilai lambat mengatasi kemacetan lalu lintas. Terbukti, lalu lintas kian macet. Puncaknya, saat libur akhir tahun dan perayaan tahun baru. “Pemerintah DIY lamban mengambil tindakan. Banyak wacana dan kebijakan, tapi tidak direalisasikan,” kata Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta, J. Widijantoro, kepada Tempo, kemarin.
Dia mencontohkan, rencana kebijakan soal penetapan Malioboro sebagai kawasan pedestrian, yang sudah lama digulirkan. Namun, hingga saat ini belum ada realisasinya. Bahkan, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, pada 2 Januari 2014, mengemukakan akan membentuk tim untuk mengkaji solusi kemacetan di DIY. “Lebih baik direalisasikan dulu wacana yang dulu. Dimulai dari Malioboro, sambil melakukan pengkajian oleh tim saat ini,” kata dia.
Dia meminta pelaku usaha di kawasan Malioboro tidak terlalu khawatir usahanya akan sepi pengunjung. Dampak itu dikhawatirkan muncul setelah Malioboro menjadi area khusus pejalan kaki. “Kekhawatiran itu berlebihan. Kan belum diterapkan,” kata Widijantoro.
Widijantoro yakin masyarakat tidak akan keberatan berjalan kaki di Malioboro. Apalagi jaraknya hanya sepanjang satu kilometer. “Enggak masalah. Itu soal kebiasaan saja,” kata dia lagi.
Sultan mengakui, lalu lintas di wilayah DIY, khususnya Kota Yogyakarta, kian macet. Padahal upaya antisipasi telah dilakukan. Salah satunya ketika masyarakat Yogya merayakan momen tahun baru.
Perayaan dialihkan ke titik-titik lain, di luar Malioboro. Nyatanya, saat puncak perayaan, kawasan itu tetap macet. “Apa yang mau dilihat di sana, wong enggak ada apa-apa. Dan saya kan, enggak mungkin melarang masyarakat datang ke Yogyakarta,” kata Sultan saat ditemui di Kepatihan, Yogyakarta, kemarin.
Menurut Sultan, masyarakat Yogyakarta merasa belum puas bila belum melalui Malioboro. Begitu pula masyarakat dari luar Yogyakarta, merasa belum ke Yogya kalau belum sampai Malioboro. Upaya yang akan dilakukan Sultan untuk mengatasi perkara ini antara lain membentuk tim untuk melakukan kajian, minimal feasibility study awal. “Perkara duitnya dari mana, itu teknis. Yang penting, sudah punya hasil studi untuk ditawarkan,” kata Sultan.
Kajian itu misalnya, cara mengurai kemacetan di Jalan Kaliurang dari Universitas Gadjah Mada menuju jalan lingkar utara, apakah memerlukan jembatan layang, atau terowongan. Begitu pula di perempatan Gondomanan. “Jadi kami akan buat pilihan-pilihan,” katanya.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Terpopuler:
FPI Ancam Demo Polresta Depok
Teroris Ciputat Disebut Punya Usaha Optik
Densus 88 Geledah Rumah di Bogor
Teroris Ciputat Ngaku Pedagang dan Bisnis Laundry
Polisi Depok Tahan Lima Anggota FPI