Dengan Australia, hubungan itu juga diubah segera, terutama setelah dijalin kerja sama pada 2001. Padahal, kebanyakan kerja sama itu lebih menguntungkan Australia, di antaranya Indonesia menjadi "benteng" pemberantasan gelombang imigrasi gelap ke Australia.
Indonesia, kata dia, tetap menjalin hubungan mesra nyaris seperti sekutu dengan Australia, meskipun dalam kacamata politik internasional telah diperlakukan secara keji oleh Australia dalam persoalan Timor Timur.
"Indonesia tidak mendapatkan imbalan sepadan untuk jasanya mencegah kejatuhan Timor Portugis ke tangan kelompok kiri atau komunis yang meresahkan Australia sebelum tembok Berlin runtuh," kata dia.
Dalam perspektif Beijing, ujar dia, sikap ini konfirmasi bahwa Indonesia memang ikut menjadi pilar dari China Containment. Cina dianggap lebih sebagai ancaman yang nyata ketimbang Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Baratnya, termasuk Australia.
Ia mengatakan kepanikan Australia saat ini juga karena negara Timor Timur kemudian ternyata juga bukan anak manis bagi Negara Kanguru itu dan berkali-kali menggunakan "kartu Cina" untuk kepentingan nasionalnya. (Baca: Penyadapan, Menteri Australia Batal ke Indonesia)