TEMPO.CO, Sumedang - Nama Cipacing mencuat lagi pascapenangkapan beberapa pengrajin senapan pada Agustus lalu. Mereka diduga membuat senjata api ilegal yang dijual ke pelaku kejahatan, termasuk pelaku aksi terorisme. Sebelum menjadi sentra pengrajin senapan, desa tersebut dikenal sebagai pengrajin perkakas, seperti jarum, pisau, hingga teropong.
Kesaksian asal mula kerajinan di Cipacing itu diungkapkan Dedi Sudjana, tokoh masyarakat Desa Cipacing. Pria 57 tahun ini pun mewarisi keahlian membuat senapan dari ayahnya. "Orang tua dulu kerjanya bikin kancing baju, bikin jarum mesin, pisau, teropong tenung Majalaya," kata Dedi kepada Tempo, Minggu, 8 September 2013, di kediamannya di Cipacing, Jatinangor, Jawa Barat.
Dedi yang mempunyai dua bengkel senapan ini mengaku tak ingat kapan persisnya perubahan dari membuat perkakas menjadi senapan ini terjadi. Yang dia ingat, saat usianya delapan tahun, masyarakat di desanya telah banyak yang membuat senapan.
Senapan buatan pengrajin Cipacing pun berubah seiring berjalannya waktu. Awalnya, senapan yang dibuat adalah menggunakan per. Per itu ditarik sekali kemudian proyektil peluru dimasukkan ke senapan. Lalu, dor.
Keahlian pengrajin Cipacing membuat senapan berubah lagi dengan teknik baru pada sekitar 1966. Saat itu mereka membuat senapan pompa. Dari sinilah pamor pengrajin Cipacing dalam membuat senapan makin berkibar. Senapan-senapan buatan mereka laku keras bahkan banyak yang diminati turis yang berkunjung.
Belakangan, kemampuan mereka membuat senapan makin bertambah. Bila sebelumnya perlu dikokang untuk memasukkan angin, kini senapan-senapan itu menggunakan gas. Tentu saja penggunaan gas lebih efisian ketimbang harus mengokang senapan yang cukup menguras tenaga.
Pengrajin-pengrajin senapan angin Cipacing terus berkembang. Senapan buatan mereka didistribusikan bukan cuma di wilayah Jawa Barat, namun juga terjual hingga ke daerah-daerah lain. "Masuk ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Timor Timur, hingga Papua," kata Dedi.
Krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998 ternyata berdampak pada keterpurukan para pengrajin senapan. Saat itu, beberapa pengrajin mulai nekat membuat senjata api yang jelas-jelas ilegal. Puncak keterpurukan Cipacing terjadi pada 2003. "Gara-gara kasus Surabaya, ada yang menjual senjata asal Cipacing merk Cannon, jadi dirazia pengrajin-pengrajin Cipacing. Akhirnya beralih lagi ke senapan angin," ujar Dedi. (Baca berita lainnya di Edisi Khusus Senjata Penembak Polisi)
AMIRULLAH | PERSIANA GALIH
Berita terpopulerIni Penyebab Kematian Bung Karno Versi Mun'im
Soal Lurah Susan, Ahok: Gamawan Harus Belajar Lagi
Otobiografi Mun'im: Sepotong Jasad, Seribu Cerita
Waspada, Banyak Dijual Ban Dalam Motor Palsu
Seekor Babun Remas Dada Wartawan di Tengah Siaran