TEMPO.CO, Makassar - Gabungan mahasiswa dari Universitas Muslim Indonesia dan Universitas 45 Makassar terlibat kericuhan dengan polisi yang mengawal demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak. Sejak pukul 17.45, kedua belah pihak saling melemparkan batu di depan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Senin, 17 Juni 2013. Akibatnya, arus lalu lintas sepanjang Jalan Urip Sumorharjo, dari arah Kantor Gubernur hingga jembatan layang, terhenti. Kendaraan masyarakat pun dialihkan ke jalur lainnya.
Awalnya, polisi tak terpancing dengan lemparan batu dari mahasiswa. Namun lemparan dua bom molotov yang gagal meledak, memicu kemarahan petugas. Pasukan anti-huru-hara pun melepaskan tembakan gas air mata. Hingga mahasiswa mundur ke arah kampus UMI, tak jauh dari Kantor Gubernur. Polisi kemudian membentuk barisan dengan tameng, guna menghalau lemparan batu mahasiswa.
Berdasarkan pantauan Tempo, polisi dan mahasiswa sempat saling berhadap-hadapan hingga adu lempar terhenti sejenak. Tak lama kemudian, ratusan mahasiswa kembali menyerang, dengan batu, dari arah Kampus UMI. Namun polisi yang sudah bubar tak membalasnya. Sekitar pukul 19.05, bentrokan reda. Arus lalu lintas pun kembali normal.
Satu pendemo, Hasrul Kahar, mengatakan, lemparan batu itu merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa. "Sebab tak ada satu pun pejabat yang bersedia menerima aspirasi kami."
Unjuk rasa juga terjadi di bawah jembatan layang dan di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan. Di sana, demonstrasi sempat diwarnai dengan penghadangan kendaraan dan pemanggilan paksa sejumlah anggota Dewan untuk menerima aspirasi mereka. Namun unjuk rasa tak sampai bentrok seperti di hadapan Kantor Gubernur.
IRFAN ABDUL GANI
Topik terhangat:
Rusuh KJRI Jeddah | Koalisi dan PKS | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
Edisi Khusus HUT Jakarta
Dosen UI Pengkritik Korupsi Jadi Tersangka
Aktris Ully Artha Meninggal Dunia
Alasan Jakarta Semakin Macet