TEMPO.CO, Bojonegoro - Harga sayur-mayur dan buah-buahan di Kabupaten Bojonegoro melonjak tajam dalam satu pekan ini. Di pasar besar Kota Bojonegoro, misalnya, harga cabe keriting naik dari harga Rp 23 ribu naik menjadi Rp30 ribu per kilogram. Sayur kangkung yang biasanya Rp 500, kini naik menjadi Rp 1.500 per ikatnya. Begitu juga bayam yang biasanya Rp 1.000 per ikat, kini menjadi Rp 2.000. Sedangkan, sayur sawi hijau yang biasanya Rp 2.500 per ikatnya, naik menjadi Rp 3500. Kol yang biasanya Rp 6.000 per kilogram, naik menjadi Rp 8.000. “Rata-rata naik,” ujar Pudji, pedagang sayuran di Pasar Besar Kota Bojonegoro kepada Tempo, Selasa, 3 Juni 2013.
Tak hanya harga sayur yang naik, harga beberapa jenis buah-buahan juga naik tajam. Misalnya pisang hijau dan pisang raja yang biasanya sekitar Rp 12.000 per sisir, naik menjadi Rp 16.000. Sedangkan pisang susu, dari Rp 9.000 per sisir, naik menjadi Rp 13.000 per sisirnya. Sementara, buah-buahan dari luar Bojonegoro, seperti alpukat, jeruk, apel dan sebagainya juga naik rata-rata Rp 3.000 per kilogramnya. “Harganya naik, karena biaya pengiriman barang mulai naik,” ujar Husni, pedagang sayuran di Pasar Besar Kota Bojonegoro.
Apalagi, pemerintah berencana menetapkan kenaikan harga bahan bakar minyak pada bulan ini. Meski belum ditetapkan, sejumlah pengangkut barang sudah menaikkan ongkos angkut. Sebagian besar, sayur mayur dan buah-buahan yang ada, berasal dari beberapa kabupaten lain, di antaranya dari Kabupaten Magetan—terutama dari daerah pariwisata Sarangan—lereng Gunung Lawu—yang merupakan penghasil sayuran dan buah-buahan. Kemudian, juga dari kiriman dari Kabupaten Malang dan Kota Batu.
Sedangkan, bumbu dapur juga mengalami kenaikan meski tidak tinggi. Seperti, telur dari sebelumnya Rp14.500 kini menjadi Rp 16.000 per kilogram. Bawang putih sebelumnya Rp 14.000, naik menjadi Rp15.000.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro Bambang W Suharno mengatakan, pengaruh cuaca dimana hujan masih terus turun, berdampak pada kenaikan harga. Seperti misalnya cabai, yang ditanam di musim kemarau sekarang ini. Tetapi, karena masih sering terjadi hujan, sehingga berdampak turunnya produksi. Selain itu, sebagian besar sayur-mayur dan buah-buahan di Bojonegoro berasal dari luar kota. “Ya, tersendatnya distribusi, mengakibatkan harga naik,” tegasnya pada Tempo Selasa 4 Juni 2013.
Dia menyebutkan, Pemerintah Bojonegoro akan menurunkan tim guna memantau harga pasar, terutama menjelang puasa Ramadan, awal Juli mendatang. Hasil survei di lapangan tersebut, guna menentukan kebijakan untuk operasi pasar.
SUJATMIKO