TEMPO.CO , Jakarta:Kemarin, Indonesia memperingati Hari Kartini yang mengingatkan mengenai perjuangan meraih hak perempuan. Kartini dibesarkan dalam tradisi Jawa feodal. Ia ingin merombak tradisi yang telah membuatnya merasa seperti terpenjara kala dipingit.
Pada tahun keempat menjalani pingitan, nasib Kartini membaik. Dua kakaknya yang menentang gagasan perlawanannya pergi dari rumah. Slamet Sosroningrat meninggalkan Jepara dan RA Soelastri dipersunting Patih Kendal Raden Ngabei Tjokroadisosro. Sebagai kakak yang kini paling tua di rumah itu, Kartini membuat gebrakan.
Ia mengubah pergaulan adik-adiknya yang selama ini kaku. Dia tak mau adik-adiknya berjalan berjongkok ketika melewatinya. Ia tegas melarang adik-adiknya menyembah, berbahasa krama inggil, dan melakukan segala etiket feodal lainnya. Kartini bahkan membiarkan Roekmini dan Kardinah memanggilnya ”kamu”.
“Peduli apa aku dengan segala tata cara itu. Segala peraturan, semua itu bikinan manusia dan menyiksa diriku saja,” tutur Kartini kepada Stella Zeehandelaar dalam suratnya yang dikirim pada 18 Agustus 1899. (Baca Lengkap: Gebrakan-Gebrakan Kartini di Majalah Tempo Edisi 22-28 April 2013.)
TIM TEMPO
Berita Terpopuler:
Kena Gusur, Warga Waduk Pluit Marah kepada Jokowi
Begini Tampang Tersangka Bom Boston Sesuai CCTV
Lion Air Jatuh, Boeing Beri Penghargaan Pilot
Topik Hangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya | Prahara Demokrat