TEMPO.CO, Surabaya - Harga bawang putih yang terus melonjak dikhawatirkan akan mendorong laju inflasi lebih tinggi. Saat ini saja, inflasi Jawa Timur tembus 1,03 persen. Bawang putih menyumbang 70 persen inflasi. "Jika harga terus naik, inflasi Indonesia bisa tembus 6 persen lebih," kata Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Hadi Prasetyo, kepada Tempo, Rabu, 13 Maret 2013.
Menurut Hadi, produksi lokal bawang putih yang hanya 1.600 ton per tahun sangat kurang dari kebutuhan Jawa Timur yang mencapai 64 ribu ton per tahun. Untuk mengatasinya, dibukalah keran impor. Hanya belakangan, masalah muncul karena puluhan kontainer menumpuk di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Perak.
Pihak karantina Tanjung Perak secara resmi menahan 35 kontainer sejak 6 Maret 2013 karena belum dilengkapi dokumen Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dan Surat Persetujuan Impor. Ada pula 110 kontainer yang telah memiliki RIPH dan SPI, tapi masih berada di gudang peti kemas karena tidak kunjung diambil importir. Hadi tidak mengetahui pasti alasan importir tidak segera mengangkut komoditas impornya.
Kurangnya pasokan membuat harga bawang putih melonjak drastis menyentuh harga Rp 60 ribu. Hadi mengatakan akan melakukan operasi pasar untuk mengantisipasi kemungkinan penimbunan. Pihaknya akan mendorong Badan Urusan Logistik untuk turun tangan mengatasi masalah bawang putih dengan jalan membuka impor. "Jangan hanya urus beras dan gula, tapi juga bawang putih dan kedelai yang memang produksinya kurang."
Harga bawang merah pun meningkat. Padahal produksi bawang merah di Jawa Timur surplus. Yaitu 190 ribu ton per tahun, sedangkan kebutuhan hanya 180 ribu ton per tahun. Menurut Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, kenaikan harga bawang merah bisa disebabkan tiga faktor, yakni imbas kenaikan harga bawang putih, turunnya produksi karena musim hujan, dan kemungkinan penimbunan. "Kita akan melakukan operasi pasar agar secepat mungkin harga segera normal."
AGITA SUKMA LISTYANTI