TEMPO.CO, Mataram- Para pemilik bar, kafe, dan restoran penyedia minuman keras di Gili Trawangan menyerahkan 168 botol minuman oplosan dan 17 bungkus mushroom (jamur tahi kuda atau kecubung) untuk dimusnahkan, Kamis 28 Februari 2013. Penyerahan minuman keras oplosan kepada Wakil Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar ini buntut tewasnya turis Selandia Baru asal Perth Australia Barat, Terrence William Davies, 19 tahun, saat merayakan pergantian tahun 2013 di Gili Trawangan.
Minuman keras yang dimusnahkan itu diantaranya arak Bali, arak beras, vodka, brem merah, brem putih, dan tuak. Minuman ini diduga berasal dari pasar gelap perdagangan minuman beralkohol yang harganya jauh lebih murah jika dibanding membeli dari supplier resmi.
Terrence tewas pada 5 Januari 2013 setelah sempat dirawat di Lombok. Ia kemudian diterbangkan ke Australia tapi nyawanya tak tertolong karena kondisinya sudah parah. Bersama teman-temannya, mereka berliburan di Lombok dan berpesta minuman keras yang diduga oplosan dan mengandung methanol toxicity.
Kematian Terrence ini menyebabkan pemerintah Australia mengeluarkan travel advisory soal minuman tersebut sehingga omset penjualannya merosot. Pengelola Thir Nanoc, Tratoria dan Bungalows Gili Vilos, Christ Thorpe, 41 tahun, mengatakan penurunan omset penjualannya mencapai 50 persen. “Sekarang lebih banyak minum bir saja,” ucapnya.
Najmul Akhyar tidak menginginkan potensi obyek wisata Gili Trawangan dijauhi wisatawan. Selama ini pajak hotel dan restoran menghasilkan pendapatan asli daerah hingga 70 persen dari Rp 35,7 miliar. “Aksi positif pengusaha lokal tanpa sweeping ini kami respon,” katanya kepada Tempo.
SUPRIYANTHO KHAFID