TEMPO.CO, Jakarta - Hasil quick count menunjukkan pasangan Ahmad Heryawan (Aher)-Deddy Mizwar sebagai pemenang Pemilihan Umum Kepala Daerah Jawa Barat. Pasangan Dede Yusuf dan Lex Laksamana yang digadang-gadang sebagai lawan kuat ternyata tak berhasil memukul perolehan pasangan Aher-Deddy yang sudah diprediksi menang.
Berdasarkan analisis Lingkaran Survei Indonesia, ada satu faktor utama yang menyebabkan pasangan Dede-Lex tak bertaji. Faktor itu adalah Partai Demokrat dengan serangkaian masalah korupsinya.
"Dede boleh dikatakan korban pertama dari gonjang-ganjing yang tengah berlangsung di Partai Demokrat," ujar Totok Izul Fatah, Direktur Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia, ketika diwawancarai Tempo, Minggu, 24 Februari 2013.
Totok mengatakan, serangkaian masalah Demokrat, yang mencapai klimaksnya dengan penetapan mantan Ketua Umum Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang, membuat perolehan suara Dede tergerus. Pasalnya, Dede amat lekat dengan citra Demokrat. Ketika Demokrat bermasalah, pukulan akan dirasakan oleh kubu Dede.
Selain ikut mempengaruhi citra Dede, serangkaian masalah di Demokrat juga membuat mesin politik Demokrat tak berjalan lancar. Alhasil, kubu Dede pincang saat bertarung di Pilkada Jabar.
"Saya rasa ada semacam demoralisasi di kubu Demokrat saat kasus korupsi menerjang mereka. Apalagi, mereka dihajar dengan hasil survei yang buruk. Mereka menjadi tak pede, pesimistis. Alhasil, dukungan ke Dede pun tak maksimal. Anas yang dulu berkata akan jadi gugus depan pendukung Dede pun mundur. Boleh dikatakan kalah sebelum bertanding," ujar Totok.
Faktor sampingan, kata Totok, adalah Dede yang kurang aktif memanfaatkan mesin politik lain. Padahal, Dede juga didukung oleh Partai Gerindra yang dipimpin oleh Prabowo, salah satu capres unggulan. Menurut Totok, jika Dede pintar, seharusnya dia memanfaatkan dukungan Prabowo dibanding tetap bertahan menggunakan mesin politik Demokrat.
Dede dirasa Totok juga terlalu mengasosiasikan dirinya dengan Partai Demokrat. Kampanyenya pun sebagian besar membawa atribut Demokrat. Jika Dede Pintar, kata Totok, seharusnya Dede tak memakai atribut partai yang tengah terkait dengan kasus korupsi.
"Seharusnya dia belajar dari kemenangan Jokowi. Di situ, Jokowi mendapat dukungan kuat dari Prabowo. Prabowo juga termasuk unggulan dalam survei capres dan belum terkontaminasi masalah korupsi sebagaimana Demokrat," Totok menambahkan.
Meskipun menilai buruk langkah langkah Dede, Totok juga menilai Dede tak melakukan kesalahan dalam memilih calon. Dede dirasa sudah tepat memilih pasangan Lex Laksamana yang memiliki faktor kompetensi untuk mengimbangi faktor popularitas yang dimiliki Dede.
Ditanyai siapa yang diuntungkan dari masalah Dede, Totok menjawab, pasangan Rieke Diah Pitaloka serta Teten Masduki. Rieke, dalam berbagai survei, sebenarnya kalah populer dibanding Dede. Namun, karena Dede terpengaruh kasus Demokrat, terutama dalam seminggu terakhir, prosentasenya tergerus Rieke-Teten. Simak info pemilihan Gubernur Jawa Barat di sini.
ISTMAN MP
Baca juga:
Pilkada Jawa Barat, Begini Peta Politik Kandidat
Hasil Akhir Quick Count LSI, Aher-Deddy Menang
Dede-Lex Unggul di Penjara Kebon Waru
Unggul di Quick Count, Deddy: Ini Baru Permulaan