TEMPO.CO, Jakarta - Sudah 38 tahun mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie menempati rumah di Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Awalnya, bangunan ini merupakan milik Patra Jasa. Sekitar tahun 1975, PT Pertamina (Persero) mengalokasikannya sebagai tempat tinggal Habibie. Kala itu, suami Ainun ini penasihat Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo.
"Ini rumah nomor satu, sekitarnya masih kampung," Habibie bercerita pada Tempo, Rabu, 16 Januari 2013, di kediamannya. Pada masa itu, Habibie melanjutkan, belum terdapat apa-apa di sana. "Kemudian ada rumah nomor lima dan tujuh yang ditempati oleh kedutaan."
Merasa kerasan menetap di sana, Habibie mencoba mengajukan permintaan untuk membeli rumah itu dari Pertamina. Ia tidak membeli secara tunai, melainkan mengangsur. Pertamina membolehkan Habibie mencicil. "Cicilan rumah baru lunas setelah 20 tahun," kata dia.
Waktu baru pulang dari Jerman, sebelum menetap di Patra Kuningan, Habibie pernah mengontrak kediaman Jenderal (Purn.) Poniman di Jalan Bangka 5, Kemang, Jakarta Selatan. Waktu itu, kata Habibie, Poniman masih berpangkat letnan jenderal. Dan ia tengah bertugas di Medan sebagai panglima komando wilayah.
Rumah Poniman, Habibie mengatakan, besar. Selama ia tinggal di sana, Pertamina-lah yang mengurus uang sewanya. Namun masa tinggal Habibie di Bangka tak lama. Sebab, Poniman segera kembali dari Medan. "Saya pun pindah ke Patra Kuningan sampai sekarang."
Ayah tiga anak ini begitu cinta dengan rumahnya. Hingga menjabat sebagai wakil presiden, kemudian menjadi presiden, Habibie tak pernah mau pindah dari tempat tinggalnya. Bahkan ia sempat beradu mulut dengan Pasukan Pengaman Presiden yang memintanya pindah ke Istana.
"Kata Paspampres, tidak aman tinggal di rumah ini," cerita Habibie. "Selama 22 tahun saya tinggal di sini aman-aman saja. Masak dalam 24 jam saya menjadi wakil presiden langsung tidak aman."
Penolakan Habibie untuk pindah pun disampaikan ke Presiden Soeharto. Ia mengatakan rela bekerja selama 24 jam sehari. Namun tidak bisa terima jika ada yang mengatur tempat ia untuk tidur. "Kalau Soeharto mau keluar dari Cendana, baru saya mau keluar dari Patra Kuningan," kata anak keempat dari delapan bersaudara ini.
Habibie baru-baru ini meluncurkan film Habibie & Ainun. (Lihat video: Alasan Habibie Menulis Habibie & Ainun). Habibie tak mengungkap isu politik dalam film itu. Saat wawancara, ia juga tak mengungkap perihal pembelian kapal perang bekas Jerman Timur, yang pernah ditulis majalah Tempo pada tahun 1994. Tulisan kapal perang bekas ini diduga sebagai pemicu pemberedelan majalah Tempo dan sejumlah media pada saat itu.
(Baca lengkap: Edisi Khusus Romantisnya Habibie)
CORNILA DESYANA
Berita Heboh Lain
Luthfi Diduga Berperan Besar Soal Suap Daging
Batavia Akan Umumkan Mekanisme Pengembalian Tiket
Raffi Tersangka, 'Dunia Malam' Pindah ke Cawang
Kekuasaan Bisa Menyebabkan Individu Lebih Otentik?