TEMPO.CO, Dompu - Penembakan yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror dan mengakibatkan tewasnya terduga teroris Rauf alias Furkan, 23 tahun, dan Taufik, 21 tahun, diperkirakan dilakukan dari jarak sangat dekat.
Hal itu diungkapkan oleh Lurah Kandai II, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kahjaya A Hamid, saat ditemui Tempo, Sabtu, 5 Januari 2012.
Di lokasi penembakan, yakni di sekitar Gunung Kanduri, Dusun Ginte, Kelurahan Kandai II, ditemukan banyak percikan darah yang menempel di terpal yag dijadikan atap gubuk tempat para teroris tinggal.
Penembakan dilakukan saat tim Densus 88 menggerebek gubuk tersebut. ”Saya lihat darah banyak sekali, sampai muncrat ke gubuk,” Kata Kahjaya.
Menurut Kahjaya, darah juga berceceran di tanah. Bahkan terpercik dan menempel di pohon di ketinggian sekitar 2 meter. ”Mungkin peluru menembus tubuh korban sehingga darahnya muncrat ke mana-mana lantaran dekatnya jarak tembak,” ujarnya.
Salah seorang saksi pada saat penggebrekan, Yuda, menyayangkan penembakan yang dilakukan tim Densus 88. ”Setahu saya, memang sudah diawasi sejak awal tahun lalu,” ucapnya.
Selama ini, kata Yuda, yang diketahui warga, para korban yang disebut sebagai terduga teroris itu masih melakukan aktivitas seperti warga lainnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, para terduga teroris tersebut diduga terkait dengan buron teroris Poso, Sulawesi Tengah, Santoso alias Abu Wardah. Sebelumnya, sumber di kepolisian mengatakan tim Densus 88 sudah mengidentifikasi tujuh orang rekan Santoso yang diduga sebagai pelaku penembakan polisi di Poso.
AKHYAR M NUR