TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikan telah mengangkat isu dihinanya Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie, dengan Perdana Menteri Malaysia Mohammad Najib Tun Razak pada pertemuan hari Selasa, 18 Desember 2012. "Benar, dalam pertemuan empat mata saya dan kemudian para menteri luar negeri bergabung. Saya angkat (isu artikel Zainudin Maidin)," kata Yudhoyono dalam keterangan persnya di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jumat, 21 Desember 2012.
Yudhoyono menjelaskan dirinya sudah menyampaikan kepada Perdana Menteri Malaysia Muhammad Najib Tun Razak bahwa Indonesia menyayangkan adanya tulisan tersebut. Dan bahwa pemerintah Malaysia seharusnya bisa mencegah munculnya tulisan menghina seperti itu. "Tentu tidak baik bagi dijaganya hubungan persahabatan, kerja sama, dan kemitraan bilateral Indonesia-Malaysia," kata dia.
Dalam tajuk rencana di Harian Utusan Malaysia, Zainuddin mengatakan Habibie sebagai pengkhianat bangsa dan dog of imperialism. Najib, menurut Yudhoyono, beralasan tulisan tersebut muncul karena sedang hangatnya suasana politik di Malaysia menjelang pemilu. "Sehingga banyak, atau segala sesuatu menjadi sensitif. Tulisan Zainudin hanya pandangan perorangan yang disampaikan menyusul pertemuan Habibie dengan salah satu tokoh politik di Malaysia (Anwar Ibrahim)," kata dia.
Namun, Yudhoyono menyampaikan Indonesia tidak menerima alasan jelang pemilu tersebut. "Bagi saya, pemilu atau tidak pemilu tentunya harus saling menjaga (hubungan baik Indonesia-Malaysia), apalagi kalau mendiskreditkan kepala negara atau mantan kepala negara dari negara lain," kata dia.
Pada akhirnya, pemerintah Malaysia tidak memberi permintaan maaf karena tulisan Zainudin tidak menggambarkan sikap pemerintah Malaysia maupun UMNO (United Malaysia National Organization). Namun, bagi SBY, sudah cukup menegaskan bahwa Malaysia tidak boleh mendiskreditkan pemimpin negara negara lain. "Di situlah titik penting yang saya angkat kemarin," Yudhoyono menegaskan,
ARYANI KRISTANTI