TEMPO.CO, Jember - Hakim Agung, Dudu Duswara Machmudin, dan Wakil Ketua Komisi Yudisial, Imam Anshori Saleh, tampak kikuk ketika menerima kedatangan empat orang yang mengenakan sarung dan kopiah, di ruang lobi Kantor Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember, Senin siang, 17 Desember 2012.
Keduanya baru saja selesai menjadi pembicara dalam acara seminar nasional "Revitalisasi Sistem Peradilan Indonesia untuk Membangun Kembali Harapan Rakyat Akan Keadilan".
Keempat orang itu mengaku datang dari pesantren di Kecamatan Ajung dan Kecamatan Gumukmas. Setelah beberapa menit memperkenalkan diri, salah seorang di antaranya berseru, "Kami mendukung bapak-bapak untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Dan mohon diterima ini sebagai pegangan atau penguat," katanya, sembari menyerahkan benda panjang yang dibungkus kain batik.
Sejurus Dudun dan Imam tampak saling berbisik. "Baiklah, Pak. Terima kasih banyak atas dukungan dan pemberiannya," ujar Dudun. Beberapa menit kemudian, lelaki berkopiah merah juga menyerahkan benda panjang yang juga dibungkus batik kepada Imam Anshori.
Gus Mustofa, salah seorang dari empat orang itu, mengatakan sengaja memberikan benda-benda itu untuk membentengi Dudu dan Imam dalam melakukan tugas-tugasnya. Sebab, kedua penegak hukum itu selalu menghadapi risiko dari orang-orang yang tidak ingin kejahatannya dibongkar.
Gus Mustofa pun buka rahasia mengenai benda di balik kain batik yang diberikan kepada Dudun dan Imam. "Itu keris Kiai Sengkelat dan Kiai Carubuk. Untuk membentengi diri dan tidak takut memerangi kejahatan," katanya.
Setelah rombongan itu pergi, Dudu dan Imam hanya tersenyum dan menimang keris masing-masing. "Saya kira ini bukan gratifikasi ya. Saya terima ini atas seizin Wakil ketua KY dan disaksikan Anda juga," ujar Dudun kepada wartawan yang menyaksikan peristiwa tersebut.
Imam pun mengaku tidak bisa menolaknya. Para pemberi keris itu dinilainya ikhlas dan tulus. Namun, Imam yang mengaku cukup tahu seluk-beluk keris juga mengatakan agak heran. Sebab, keris yang baru diterimanya bersama Dudu tampak seperti baru dibuat. "Ya, tapi biarlah. Tidak enak kalau ditolak. Toh, mereka tidak ada kepentingan atau menuntut kompensasi apa pun," katanya seraya tersenyum.
MAHBUB DJUNAIDY
Berita Pilihan:
Polisi Ajak Anak-anak Joget Gangnam
Mengenal Krucil.Net, Penyedia Layanan Esek-esek
1 dari 3 Penyeberang Jalan Gunakan Telepon
Negara Berbudaya Melayu Kumpul di Pontianak
Napoli Menyerah Kejar Juventus
Cara Polisi Bongkar Bisnis Esek-esek Online