TEMPO.CO, Jakarta - Operasi hujan buatan yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Provinsi Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah menghabiskan dana Rp 15,88 miliar. Besarnya anggaran yang digelontorkan tak terlepas dari luasnya hot spot atau titik bertemperatur tinggi di Indonesia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana melansir sedikitnya ada 22.730 hot spot yang terdeteksi oleh satelit NOAA (National Oceanic Atmospheric Administration) sejak 1 Januari 2012 hingga 11 September 2012. Jumlah itu diperkirakan masih akan terus bertambah.
“Kementerian Kehutanan memperkirakan jumlah hot spot tahun ini mencapai 30.150 titik dan puncaknya terjadi selama Agustus-September,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui keterangan pers, Selasa, 11 September 2012.
Oleh sebab itu, BNPB dan BPPT kemudian menggelar operasi hujan buatan untuk mengendalikan bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan di tiga provinsi sekaligus, yakni Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah. Operasi di Riau dan Kalimantan Tengah dilakukan selama 40 hari. "Hujan buatan di Riau dilakukan sejak 12 Agustus 2012, sedangkan di Kalimantan Tengah dilakukan sejak 27 Agustus 2012," kata Sutopo.
BNPB dan BPPT menurunkan satu pesawat Cassa 212-200 untuk setiap provinsi. Khusus untuk biaya pesawat itu, BNPB mengalokasikan dana Rp 9,18 miliar.
Meningkatnya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi pun membuat BNPB dan BPPT menambah operasional hujan buatan sejak 7 September 2012 dengan satu pesawat Cassa 212-200 dari TNI AD. Operasi hujan buatan di Jambi akan dilakukan selama 30 hari kerja yang membutuhkan dana Rp 3,42 miliar.
BNPB dan BPPT juga menyiapkan bom air dari udara untuk mendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Riau. Dua helikopter dioperasikan selama 20 hari kerja untuk mengusir kabut asap. Dana yang dialokasikan untuk mendukung PON itu berjumlah Rp 3,28 miliar. Seluruh dana untuk menanggulangi kabut asap itu berasal dari pos dana siap pakai BNPB.
ANGGRITA DESYANI