TEMPO.CO, Bandung - Kawasan wisata alam Gunung Tangkuban Parahu ditutup mulai hari ini, Senin, 3 September 2012. "Mulai pukul 07.30 tadi," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Barat Udjwalprana Sigit, di Bandung, Senin, 3 September 2012.
Dia mengatakan para pedagang sudah menyanggupi untuk sementara berhenti berjualan di kawasan seputar puncak gunung. Demikian pula dengan para pengelola kawasan wisata tersebut. "Mulai hari ini, pokoknya semua pedagang, semua wisatawan, pengunjung, sementara tidak boleh naik, sambil menunggu perkembangan lebih lanjut," kata Sigit.
Pengelola kawasan wisata, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan aparat kepolisian disiagakan untuk menghalau pengunjung yang hendak naik ke kawasan wisata itu. Sigit mengatakan, dalam waktu dekat, akan dipasang papan penanda larangan mengunjungi kawasan wisata itu.
Soal baru sekarang ditutup kendati rekomendasi sudah diterbitkan PVMBG sejak sepekan lalu, Sigit beralasan, kondisinya sudah membahayakan. Di antaranya, konsentrasi gas berbahaya sudah melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Sigit tidak bisa memastikan sampai kapan kawasan wisata alam itu ditutup. "Kita ikuti perkembangan di Pos Pengamatan," kata dia.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Sumber Daya Alam dan Mineral, Surono, mengatakan, pada Minggu, 2 September 2012, pukul 20.00, terjadi lonjakan tremor vulkanik. Biasanya, amplitudonya berkisar 2-3 milimeter. Saat ini, tiba-tiba melonjak jadi 8 milimeter dan naik sampai 18 milimeter. Amplitudo tertinggi tercatat menembus 30 milimeter.
Malam itu, Surono meminta pengelola kawasan mengosongkan semua orang yang berada di seputaran kawah. Dia khawatir ada lonjakan konsentrasi gas berbahaya. "Ternyata masih ada, dan saya minta diyakinkan sudah turun semua," kata dia.
Pagi hari, dia mengirim tim untuk mengukur sejumlah parameter aktivitas gunung itu. Hasilnya, pengukuran temperatur tanah di Kawah Ratu, kawah utama gunung itu, naik 0,2 derajat Celsius hanya dalam empat jam. "Ini tidak normal," kata Surono.
Tak hanya itu, pengukuran gas juga mendekati lonjakan konsentrasi SO2 menjadi rata-rata 3 ppm di kawasan parkir gunung. Ambang batas yang membahayakan untuk gas itu 2 ppm. "Saya wanti-wanti, tidak ada manusia di sekitaran Kawah Ratu," kata Surono. Petugas juga dilarang mendekati kawasan berbahaya dalam radius 1,5 kilometer. "Saya pagi tadi sudah perintahkan, tidak usah lagi melakukan pengukuran. Kecuali kondisinya tidak membahayakan, misalnya cuaca sedang panas," kata dia.
Menurut dia, potensi paling berbahaya dari naiknya aktivitas gunung itu adalah konsentrasi gas yang bisa muncul setiap saat. "Saya tidak begitu khawatir letusan, tapi gasnya," kata Surono. Dia mencontohkan, sejumlah pelajar yang tewas akibat gas itu di Gunung Salak beberapa waktu lalu. "Padahal Gunung Salak statusnya masih normal, Tangkuban Parahu sudah waspada," kata Surono.
Dalam waktu dekat, PVMBG akan memasang CCTV untuk memantau kawasan di seputaran Kawah Ratu gunung itu. "Agar kawasan itu bisa diamati," kata Surono.
AHMAD FIKRI
Terpopuler:
Jokowi: Ada Instruksi Agar Yang di Sana Itu menang
Wanita Ini Bercumbu dengan Pangeran Harry di Vegas
83 Persen Melawan 17 Persen,Jokowi Yakin Menang
Bandung, Kantong Syiah Terbesar di Indonesia
Megawati: Jadi Manusia Mbok Punya Moral dan Etika
Kang Jalal pun Diancam Mati
Bagaimana Kronologi Syiah Masuk Sampang?
Wifi Gratis Sudah Aktif di Jakarta
Rusuh Sampang, Siapa Roisul Hukama?
Indonesia Pemilik Pertama Super Tucano di ASEAN