TEMPO.CO, Jakarta - Sukses koalisi antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Gerindra pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta belum tentu terjadi pada pemilihan presiden 2014. "Belum tentu, karena terbukti pernah kalah juga," kata Ketua Dewan Pertimbangan PDI Perjuangan Taufiq Kiemas di kompleks parlemen Senayan, Kamis, 12 Juli 2012.
Dalam Pilkada DKI Jakarta, koalisi PDI Perjuangan dan Gerindra memasang Wali Kota Solo Joko Widodo dan mantan Bupati Belitung Timur Basuki Tjahaja Purnama. Berdasarkan hasil beberapa hitungan cepat, pasangan ini meraih suara terbanyak sekitar 45 persen. Pasangan ini mengalahkan gubernur incumbent Fauzi Bowo, yang hanya meraup 35 persen suara.
Sebelum di Pilkada DKI, PDIP-Gerindra pernah berkoalisi pada pemilihan presiden 2009. Saat itu koalisi ini menjagokan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto sebagai capres dan cawapres. Namun pasangan ini kalah dibandingkan pasangan presiden incumbent Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Menurut Taufiq, kemenangan sementara koalisi pada Pilkada DKI lebih didorong oleh faktor kemauan masyarakat yang tinggi untuk perubahan. Perubahan yang dimaksudkan Taufiq adalah lahirnya tokoh-tokoh muda yang membawa semangat perubahan.
Taufiq menyarankan, pada pemilihan presiden 2014 nanti, PDIP berkoalisi dengan partai mana pun yang mau mencalonkan orang muda sebagai capres. "Asal regenerasi ini dipimpin parpol seperti yang dijalankan PDIP, pasti berhasil."
Dia menyarankan Megawati tidak ngotot maju pada pemilu presiden 2014. "Mega harus menjadi king maker saja."
IRA GUSLINA SUFA
Terpopuler:
Mengapa Jokowi Bisa Memutarbalikkan Hasil Survei
Saling Sindir Joko Widodo dan Fauzi Bowo
Pembantu Indonesia Jadi Miliarder
Mega : Soal Koalisi Bukan Urusan Jokowi
Ahok Samakan Jokowi dengan Ahmadinejad
Rahasia Jokowi di Masa Kecil
Ini Kunci Keunggulan ''Sementara'' Jokowi
Membaca Taktik Umpan Pendek Ala Jokowi
Foke Kalah Karena Terlalu Agresif
Ini Calon Gubernur Pilihan Narapidana