TEMPO.CO, Jakarta - Dia menyandarkan tubuh ke kursi. Kepala dengan rambut putihnya menengadah. Terasa berat bagi Laksamana TNI (Purnawirawan) Sudomo menceritakan kehidupan agama dan pernikahannya. Namun, dengan besar hati, Sudomo mengakui di dua kehidupan itu ia gagal.
Inilah tulisan ketiga rubrik Memoar majalah Tempo yang terbit pada 27 Juni 2011.
***
Saya mengikuti falsafah hidup berkeluarga secara klasik. Bagi saya, di keluarga mana pun, suami adalah kepala keluarga dan istri adalah kepala rumah tangga. Dalam hal ini, saya beranggapan seharusnya seorang istri berkedudukan di bawah suami.
Kenyataannya, dengan prinsip ini, saya malah bercerai dan kawin lagi sampai tiga kali. Istri menuntut sebagai mitra strategis, dalam arti posisi suami-istri dalam rumah tangga sejajar. Suami sebagai pilot dan istri sebagai kopilot.
Saya mengenal istri pertama saya, Fransisca Piay,