Tidak ada momen spesial yang membuat saya kembali memeluk Islam. Saya rasa hanya kekuatan doa ayah saya, Haji Kastawi alias Haji Martomihardjo, yang membuat saya kembali ke agama ini. Kebetulan kedua orang tua saya adalah Masyumi. Mereka menjalankan agama dengan sangat taat. Mereka sering berdoa dan memberi tahu saya agar kembali ke Islam.
Dengan Sisca Piay, kehidupan perkawinan saya bertahan 19 tahun. Pada 1980, bahtera rumah tangga kami kandas. Kami bercerai. Dari pernikahan ini, saya dikaruniai empat anak. Biakto Trikora Putra, yang lahir pada 15 Agustus 1962, tepat saat ditandatanganinya kesepakatan Indonesia-Belanda soal penyerahan Irian Barat, Dewi Prihatina Dwikora Putri, Martini Yuanita Ampera Putri, dan Meidyawati Banjarina Pelita Putri.
Nama keempat anak saya memang selalu berkaitan dengan kabinet, tugas, serta jabatan saya sebagai tentara. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang mau berkiprah di bidang militer. Anak laki-laki pertama saya, Biakto, tidak mau jadi tentara mungkin karena sering melihat ayahnya jarang pulang. Dia memilih menyelesaikan studi di University of Southern California dan meraih gelar BA.
Setelah bercerai dengan Sisca Piay, saya membujang 10 tahun, hingga pada pengujung 1990 saya bertemu dan menikahi peragawati cantik, Fransiska Diah Widhowaty. Namun pernikahan saya yang kedua bernasib sama, kandas di tengah jalan. Pada 1994, saya kembali mengalami perceraian. Dari pernikahan dengan Siska Widhowaty, saya tidak memiliki anak.
***