TEMPO.CO, Banda Aceh- Ruas jalan sepanjang 100 kilometer antara Calang (Aceh Jaya)-Meulaboh (Aceh Barat) saat ini sedang dikerjakan. Sepanjang 47 kilometer pembiayaannya ditanggung negara asing melalui Multi Donor Fund (MDF). Selebihnya menggunakan dana APBN.
Dalam keterangannya, Selasa, 28 Februari 2012, Kepala Bappeda Aceh Iskandar mengatakan pembangunan jalan tersebut diharapkan tuntas pada akhir Desember 2012. Untuk persil tanah yang belum dibebaskan, akan segera diselesaikan pembayarannya pada April 2012.
Disebutkannya, ruas jalan ini merupakan lanjutan dari pengerjaan ruas jalan Banda Aceh–Meulaboh sepanjang 250 kilometer yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami 2004 silam. “Dari ruas jalan yang tengah dikerjakan, masih ada persil tanah masyarakat yang belum selesai pembayaran ganti ruginya. Untuk pembebasan tanah ini, pemerintah Aceh telah mengalokasikan dana dalam APBD Aceh 2012 sebesar Rp 15 miliar,” kata Iskandar.
Menurut dia, tim pemerintah daerah sudah melakukan pertemuan dengan masyarakat pemilik lahan dan para pemilik tanah sudah memberikan surat pernyataan kesediaan tanahnya dibebaskan. Pemerintah Aceh juga terus melakukan koordinasi dengan Multi Donor Fund (MDF) yang mendanai sebagian ruas jalan tersebut.
Deputi MDF Safriza Sofyan menyatakan koordinasi dengan pemerintah Aceh, termasuk di dalamnya pemerintah kabupaten, terus dilakukan. “Keberhasilan program-program MDF karena didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Melalui serangkaian kemitraan, MDF telah berhasil memberikan kontribusi terhadap kebutuhan rekonstruksi dan pemulihan Aceh dan Nias. Karenanya, kita berharap, dengan kemitraan yang baik ini, ruas jalan yang dibangun dapat selesai tepat pada waktu,” ujarnya.
Menurut Safriza, MDF tetap berkomitmen untuk menuntaskan program pembangunan jalan ini. Dijadwalkan pembangunan ruas jalan harus selesai Desember 2012, seiring berakhirnya mandat MDF. “Untuk program infrastruktur jalan secara keseluruhan, MDF telah membangun sekitar 700 kilometer jalan nasional, provinsi, dan kabupaten, dan hampir 3.000 kilometer jalan desa.”
ADI WARSIDI