TEMPO.CO, Denpasar - Sejumlah narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Bali, mengikuti kegiatan outbond setelah kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu.
Pelaksana Harian Direktur Keamanan dan Ketertiban Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Bambang Krisbanu, Sabtu 25 Februari 2012, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk menyegarkan psikologis para napi.
"Acara ini dimaksudkan untuk recovery. Kami anggap penting karena kejadian keramaian tentu berdampak pada psikologis," kata Krisbanu. "Terutama bagi mereka yang tidak terlibat langsung karena hanya sebagian kecil yang terlibat."
Menurut Krisbanu, dampak psikologis bagi para napi itu seperti ada perasaan curiga, rasa waswas, sehingga dampak buruk itu perlu dihilangkan. Salah satunya melalui kegiatan seperti outbond untuk menjalin kebersamaan dan penyegaran. "Sebagian ikut, sebagian tidak," ujarnya.
Krisbanu mengatakan situasi dalam lapas tersebut saat ini sudah cukup baik. Hubungan para napi dan petugas juga membaik, sarana listrik, dapur, air sudah kembali normal. "Mungkin terpenting adalah pembenahan psikis dulu," katanya.
Berdasarkan perhitungan oleh pihaknya, dan lapas, sejak peristiwa kerusuhan itu tidak ada narapidana yang melarikan diri. Katanya, jumlah awal napi di lapas tersebut yakni 1.016 orang, kemudian dikurangi pemindahan dan bebas. "Yang bebas ada tujuh orang, jadi sisa 925 orang," ujarnya.
Krisbanu mengungkapkan dengan adanya peristiwa kerusuhan tersebut diharapkan petugas lapas di seluruh Indonesia dapat belajar bahwa pasti ada suatu sebab yang harus dideteksi lebih dini.
"Kalapas atau karutan harus mampu memprediksi, pasti ada gejala-gejalanya, sepanjang itu jeli. Kalau itu dibiarkan, beginilah jadinya. Kemungkinan keluhan mereka (napi) tidak terakomodasi, sehingga kekecewaan pribadi bisa jadi kekecewaan kelompok," kata Krisbanu.
WDA | ANT