TEMPO.CO, Yogyakarta - Pada Maret tahun ini, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada membangun botanical garden atau kebun raya di Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian di kompleks UGM.
Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Riset Fakultas Biologi UGM Endang Semiarti menuturkan botanical garden seluas 2,5 hektare itu akan diisi berbagai jenis bunga anggrek dari seluruh Indonesia. “Proyeksinya akan menjadi wahana wisata pendidikan, mulai jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi,” kata Endang, Rabu, 25 Januari 2012.
Botanical garden itu akan dilengkapi showroom, laboratorium penelitian anggrek alam, maupun hibrida. Di samping itu akan dilakukan berbagai pelatihan serta jual-beli bibit anggrek. “Selain upaya konservasi, juga membantu meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya,” kata dia.
Selama ini, salah satu sentra anggrek khas DIY ada di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, yang dikenal dengan nama Vanda Tricolor. Keberadaannya sempat nyaris punah, setelah tersapu erupsi Merapi 2010 lalu.
Ketua Kwartir Cabang Pramuka Sleman, Agus Soesilo, yang Desember 2011 lalu berupaya menggiatkan kembali gerakan tanam anggrek di lereng Merapi, menuturkan habitat anggrek Merapi selama ini banyak tersebar di sejumlah titik, seperti di Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Pakem. “Namun, akibat awan panas, terparah mengenai Kecamatan Cangkringan, Turi, dan Pakem, sehingga habitatnya kembali rusak parah,” kata dia.
Selain erupsi 2006 dan 2010, habitat anggrek di lereng Merapi, yang terdapat di kawasan hutan lindung dan cagar alam Plawangan dan Turgo, juga pernah rusak akibat kebakaran hebat pada Oktober 2002. Dia juga mengatakan terjangan awan panas yang paling hebat dan merusak habitat anggrek di lereng Merapi terjadi pada 1994, yang menghanguskan hampir seluruh habitat anggrek di Cangkringan.
PRIBADI WICAKSONO