TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembelian tiga unit kapal selam Korea Selatan kini memasuki tahap penandatanganan kontrak. Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, meski tidak bergaung seperti rencana pembelian tank Leopard, pembelian kapal selam buatan Daewoo Shipbuilding Marine Engineering (DSME) tetap berjalan.
Menurut Soeparno, pembelian kapal selam memang tidak perlu dibeberkan terlalu rinci kepada publik. "Kapal selam itu silent killer. Jadi jangan tanya-tanya terus, karena kapal selam itu senjata rahasia," ujar Soeparno, Senin, 16 Januari 2012.
Pengadaan kapal selam asal Korea akan memakan biaya US$ 1,08 miliar atau sekitar Rp 10 triliun. Dana pembayarannya dialokasikan dari anggaran 2010-2014.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto mengatakan pengadaan kapal selam ini akan menerapkan cara transfer teknologi. "Dari tiga kapal yang akan didapatkan, kami akan menyerap teknologinya secara bertahap," ujar Eris.
Eris menjelaskan, pada pengadaan kapal pertama, Indonesia akan mengirimkan tim untuk mempelajari seluk-beluk kapal. Selanjutnya, pada kapal kedua, Indonesia akan terlibat dengan ahli untuk mengerjakan kapal. Adapun kapal terakhir pengerjaannya akan berlangsung di Indonesia dengan supervisi dari Korea. "Saat ini kami sedang menyediakan sumber daya manusianya," ujar dia.
Tim yang akan dikirim ke Korea tidak hanya berasal dari PT PAL. Pemerintah juga akan melibatkan ahli perkapalan dari perguruan tinggi, Kementerian Riset dan Teknologi, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Eris menambahkan, belanja alat utama sistem senjata (alutsista) untuk TNI AL tidak berhenti pada pembelian kapal selam. Angkatan Laut juga akan mengadakan kapal cepat patroli laut, Sea Rider, Hydro Oceanic, kapal-kapal administrasi seperti kapal angkut tank, kapal minyak, serta kapal selam. "Kapal latih pengganti KRI Dewa Rutji juga akan disiapkan," kata Eris.
EZTHER LASTANIA