Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Polisi Didesak Tangkap Pengusaha Tambang  

image-gnews
Sejumlah pengunjukrasa terlibat aksi saling dorong dengan Polisi saat melakukan unjukrasa di kantor  Gubernur NTB, Mataram, beberapa waktu lalu. Dalam unjuk rasa ini, pengunjukrasa yang tergabung dalam
Sejumlah pengunjukrasa terlibat aksi saling dorong dengan Polisi saat melakukan unjukrasa di kantor Gubernur NTB, Mataram, beberapa waktu lalu. Dalam unjuk rasa ini, pengunjukrasa yang tergabung dalam "Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat Lambu" menyampaikan tuntutan agar segera bentuk pertambangan di wilayah Kabupaten Bima dihentikan. ANTARA/Ahmad Subaidi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta- Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane menilai tindakan polisi menembaki masyarakat dalam konflik perkebunan dan pertambangan salah besar. Menurutnya, sebagai aparat pelindung masyarakat polisi seharusnya menangkap para pengusaha terlebih dahulu karena melakukan perusakan lingkungan dan pelanggaran perizinan.

"Polisi seharusnya lebih dulu menangkapi para pejabat dan pengusaha, bukan menembaki rakyat. Sebab para pengusaha tersebut sudah melakukan perusakan lingkungan hidup sumber hidup rakyat, akibat izin yang dikeluarkan pejabat pemerintah pusat dan daerah," ujarnya melalui siaran pers yang diterima Tempo, Ahad 25 Desember 2011.

Kemarin bentrokan antara polisi dan masyarakat kembali terjadi di Bima Nusa Tenggara Barat. Kali ini polisi menembaki dua orang aktivis mahasiswa yang memprotes aktivitas pertambangan di sana hingga tewas. Aksi brutal aparat kepolisian ini juga menyebabkan beberapa aktivis mahasiswa terluka.

Dua pekan lalu masyarakat juga digemparkan dengan aduan masyarakat Lampung ke DPR RI. Mereka mengadukan tindak pembantaian terhadap sekitar 30 orang di wilayah Kabupaten Mesuji, Lampung.

Neta mengatakan tak sepatutnya aparat kepolisian melakukan tindakan brutal kepada masyarakat. Ia menilai polisi seharusnya bersikap sebagai mediator dalam konflik antara masyarakat dan pengusaha. Bukan berada di belakang perusahaan untuk melawan masyarakat. "Yang terjadi justru rakyat diberondong dengan peluru saat memperjuangkan haknya. Polisi ogah menjalankan fungsinya sebagai mediator yang membela kepentingan rakyat," ujarnya. Sikap inilah yang membuat rakyat menuding bahwa polisi telah diperalat menjadi centeng pengusaha.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia menilai polisi seharusnya mampu melihat akar permasalahan konflik dengan jernih. Berdasarkan pengamatannya, konflik ini sering terjadi lantaran masyarakat melawan perusakan lingkungan dan pencaplokan lahan yang dilakukan oleh perusahaan. Karena itu ia meminta polisi terlebih dahulu menyelesaikan akar permasalahan ini dengan menangkap pelaku perusakan lingkungan dan pencaplokan lahan yang dilakukan perusahaan.

Ia juga menuding pemerintah, baik pusat maupun daerah, sebagai sumber masalah konflik yang terjadi selama ini. Menurutnya, pemberian izin lahan secara serampangan yang dilakukan pemerintah telah membuat pemerintah menjadi antek bagi pengusaha. "Uang sudah membuat para pejabat seperti agen-agen asing di negerinya sendiri. Akibatnya mereka tidak peduli dengan keluhan rakyat akan kerusakan lingkungan hidup yang mengganggu ekosistem dan sumber hidup rakyat," ujarnya.

FEBRIYAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

TNI AL dan Brimob Bentrok di Sorong, Komisi I DPR Minta Pemerintah Lakukan Penyelidikan

17 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
TNI AL dan Brimob Bentrok di Sorong, Komisi I DPR Minta Pemerintah Lakukan Penyelidikan

Bentrok TNI AL dan Brimob seperti yang terjadi di Kota Sorong kemarin seharusnya tidak boleh terjadi.


Anggota TNI dan Brimob yang Terlibat Bentrok di Sorong Dipastikan Bakal Dihukum

17 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Anggota TNI dan Brimob yang Terlibat Bentrok di Sorong Dipastikan Bakal Dihukum

Anggota TNI/Polri yang terlibat bentrok di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Ahad pagi, 14 April 2024, akan dihukum sesuai aturan yang berlaku.


Anggota Komisi I Kecam Bentrok TNI dan Brimob Polri di Sorong

18 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Anggota Komisi I Kecam Bentrok TNI dan Brimob Polri di Sorong

DPR mendorong pemerintah untuk segera mengevaluasi kinerja Panglima TNI dan Kapolri, setelah terjadi bentrok antara TNI dan Brimob.


Lima Personel TNI Terluka Imbas Bentrokan Brimob dengan Marinir di Pelabuhan Sorong

18 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Lima Personel TNI Terluka Imbas Bentrokan Brimob dengan Marinir di Pelabuhan Sorong

Lima personel TNI yang terlibat bentrok dengan Brimob telah mendapatkan perawatan di rumah sakit.


TNI Masih Cari Tahu Informasi Awal Bentrokan Brimob dengan Polisi Militer di Sorong

18 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
TNI Masih Cari Tahu Informasi Awal Bentrokan Brimob dengan Polisi Militer di Sorong

Bentrok antara anggota TNI dan Brimob tersebut terjadi manakala anggota Pomal tengah bertugas mengatur pemudik di pelabuhan Kota Sorong, pagi ini.


Kondisi Terakhir Dua Polisi Korban Pengeroyokan di Cijantung

11 Juni 2018

Ilustrasi Pengeroyokan. huffingtonpost.com
Kondisi Terakhir Dua Polisi Korban Pengeroyokan di Cijantung

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, kondisi dua polisi korban pengeroyokan di Cijantung sudah membaik


Polisi dan Anggota TNI Adu Jotos di Dompu NTB Karena Salah Paham

13 Oktober 2017

Bentrok polisi dan TNI di Dompu. Seorang anggota Kodim Dompu, mengeluarkan pistol saat membubarkan massa yang menonton bentrok tersebut, 13 Oktober 2017. TEMPO/Akhyar
Polisi dan Anggota TNI Adu Jotos di Dompu NTB Karena Salah Paham

Anggota Polantas Polres Dompu Nusa Tenggara Barat adu jotos dengan anggota TNI lantaran salah paham.


Kasat Brimob Gorontalo Dipecat  

3 Mei 2012

Sebuah truk milik Yonif 713 Kostrad memblokir akses jalan di depan Markas Batalyon Infanteri 713 Kostrad, Kec.Tuladenggi, Kab. Gorontalo, Kamis (26/4). ANTARA/Didot
Kasat Brimob Gorontalo Dipecat  

Eko digantikan oleh Ajun Komisaris Besar Kamaruddin, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Komandan Satuan Brimob Aceh.


Bentrok Anggota TNI-Brimob, 9 Orang Jadi Tersangka

27 April 2012

Seorang anggota Polisi lengkap dengan senjata laras panjang bersiaga di Mapolres Limboto, Gorontalo, Kamis (26/4). ANTARA/Didot
Bentrok Anggota TNI-Brimob, 9 Orang Jadi Tersangka

Konflik bermula ketika pasukan Brimob berpatroli melewati kantor Komisi Pemilihan Umum Limboto pada 20 April 2012 sekitar pukul 23.30 WITA.


Kapolri: 9 Anggota Brimob Gorontalo Ditahan  

27 April 2012

Sejumlah personil TNI mengangkat jenazah Prada Firman anggota Yonif 713 Kostrad setelah diotopsi di Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, Sulsel, Kamis (26/4). ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang
Kapolri: 9 Anggota Brimob Gorontalo Ditahan  

Panglima TNI minta motif penembakan prajurit Kostrad di Gorontalo diselidiki.