TEMPO Interaktif, Jakarta -Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman menyatakan duka dan penyesalannya atas aksi bakar diri almarhum Sondang Hutagalung. Ia berharap kejadian serupa tak terulang lagi.
Menurut Norman, aksi Sondang ini bahkan tak terdeteksi pihaknya. "Itu tidak pernah diperkirakan. Diluar ekspektasi kita semua," kata Marciano dalam acara silaturahmi dengan pimpinan media dan wartawan di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu 14 Desember 2011.
Peristiwa aksi bakar diri yang dilakukan mahasiswa Universitas BUng Karno (UBK) Rabu 7 Desember 2011 lalu bagi Norman sangat berbeda dengan aksi-aksi demonstrasi atau unjuk rasa yang kerap terjadi di ibukota Jakarta atau di beberapa daerah lainnya. Intelijen, tentu sudah mengidentifikasi dan memprediksi setiap unjuk rasa dari skala besar hingga demonstrasi skala kecil yang hanya dilakukan oleh beberapa orang saja.
"Akhir unjuk rasa itu kita juga bisa prediksi. Bahkan yang dorong-dorongan dengan pihak kepolisian. Nggak lebih dari itu, setelah dorong-dorongan itu tandanya sudah selesai. Bubar," ujarnya sedikit bercanda.
Bahkan menurut Norman, akhir dari demonstrasi yang berskala besar, yang berakibat bentrok dengan aparat kepolisian pun bisa dideteksi. "Dorong-dorongan. Yang penting polisinya tidak terpancing saja. Kalau sudah terpancing, nah itu dia,"kata mantan panglima Kodam Jaya ini.
Semua pihak, tambah Norman, tentu merasa kehilangan sosok Sondang. "Tapi banyak cara lain untuk menyampaikan kritik,"pesannya.
Sondang Hutagalung, nekat membakar dirinya tepat di depan Istana Merdeka Jakarta, Rabu, 7 Desember 2011 lalu. Sempat dirawat di Rumah Sakit Cipto, Sabtu (10/12) sore, Ketua Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenisme untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi) ini mengembuskan napas terakhirnya. Aktivis hak asasi manusia ini tak kuasa bertahan hidup karena luka bakar lebih dari 98 persen di sekujur tubuhnya.
MUNAWWAROH