TEMPO Interaktif, Makassar - Raymond Westerling biasa dijuluki “Si Turki” karena ia lahir di negara itu. Sejak digembleng di sekolah militer di Skotlandia ia menjadi tentara yang tangguh sekaligus bengis. Pada Juli 1946 ia diangkat menjadi komandan pasukan khusus, Depot Speciale Troepen (DST), dan dikirim ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Ketika itu perlawanan terhadap Belanda masih sangat gencar di daerah di luar Jawa dan Sumatera. DST diturunkan karena tentara KNIL sudah angkat tangan. Pemerintah Indonesia mengklaim 40 ribu penduduk di Sulawesi Selatan menjadi korban. Pemerintah Belanda menyebutkan 3.000 orang tewas, sedangkan Westerling mengaku “hanya” membantai 600 orang. Di Belanda, Westerling sempat dianggap pahlawan.
Aksi DST
- 12 Desember 1946
DST menyerbu Batua dan Borong, 35 warga dieksekusi.
- 13 Desember 1946
DST menyerbu Tanjung Bunga dan desa di sekitarnya, 142 orang dieksekusi
- 15 Desember 1946
DST menyerbu Kalukang untuk mencari Wolter Monginsidi dan Ali Malakka. Sebanyak 23 warga dieksekusi.
- 17 Desember 1946
DST menyerbu Jongaya, 33 orang dieksekusi.
- 19 Desember 1946.
DST menyerbu Polobangkeng, 330 orang tewas.
- 26 – 29 Desember 1946 dan 3 Januari 1947.
DST menyerbu Gowa, 257 orang dieksekusi.
- Pertengahan Januari 1947.
DST menyerbu Parepare, Madello, Abbokongeng, Padakkalawa, Enrekang, Talabangi, Soppeng, Barru, Malimpung, dan Suppa.
- Pertengahan Februari 1947
DST menyerbu Tanete, Taraweang, Bornong-Bornong, Mandar, Kulo, Amparita, dan Maroangin. Sebanyak 535 penduduk tewas.
- 2 Februari 1947
DST menyerbu Galung Lombok. M. Joesoef Pabitjara Baroe, bersama H Ma'roef Imam Baroega, Soelaiman Kapala Baroega, Daaming Kapala Segeri, H. Nuhung Imam Segeri, H. Sanoesi, H. Dunda, H. Hadang, Muhamad Saleh, Sofyan, dan lain-lain, direbahkan di ujung bayonet dan menjadi sasaran peluru. Setelah itu ribuan orang dibantai.
DARI BERBAGAI SUMBER | YUDONO
Baca Juga: