Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kilas Balik Perjanjian Roem-Roijen 74 Tahun Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

image-gnews
Rumah bergaya indische di Jalan Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta. Pada agresi militer Belanda kedua tahun 1948, Presiden Soekarno dan keluarga pernah menjadikan rumah ini sebagai tempat persembunyian. Tempo/Anang Zakaria
Rumah bergaya indische di Jalan Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta. Pada agresi militer Belanda kedua tahun 1948, Presiden Soekarno dan keluarga pernah menjadikan rumah ini sebagai tempat persembunyian. Tempo/Anang Zakaria
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945, Belanda dan tentara Sekutu datang lagi ke Indonesia untuk menaklukkan kembali tanah jajahannya. Melihat kondisi ini, para tokoh Indonesia dan luar negeri mencoba melakukan perundingan atau perjanjian dengan jalan diplomatik sehingga tidak ada lagi pertumpahan darah.

Salah satu jalan diplomatik yang dilakukan kala itu adalah melakukan Perjanjian Roem-Roijen. 

Perjanjian Roem Roijen terjadi sebagai pengingkaran Belanda terhadap perjanjian atau perundingan sebelumnya. Awalnya, Belanda masih belum mengakui kemerdekaan Indonesia sehingga terjadi Perundingan Linggarjati pada 1946-1947. Namun, Belanda melanggar isi dari perjanjian tersebut dengan melangsungkan Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947 di kota-kota besar Indonesia di Jawa dan Sumatra.

Tindakan ini mendapatkan kecaman keras dari dunia internasional sehingga dilakukan perundingan Renville pada 17 Januari 1948, seperti tertulis dalam kemdikbud.go.id.

Sayangnya, Belanda kembali melanggar Perjanjian Renville dengan melancarkan aksinya dalam melakukan Agresi Militer Belanda II. Akibatnya, Indonesia terpaksa mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat di bawah komando Syafruddin Prawiranegara.

Usai mendapatkan kecaman dari dunia internasional, barulah Belanda ingin mengadakan perundingan kembali dengan Indonesia. Perundingan dalam perundingan ini dinamakan dengan Perundingan Roem-Roijen yang dilangsungkan di Jakarta 74 tahun lalu, tepatnya pada 7 Mei 1949. Mr. Moh. Roem sebagai ketua delegasi mewakili Indonesia dan Dr. Jan Herman van Roijen sebagai ketua delegasi Belanda. Sementara itu, Merle Cochran dari UNCI ditunjuk menjadi mediator dalam perundingan ini.

Mengacu pada unkris.ac.id, Perjanjian Roem-Roijen yang sudah dimulai sejak 14 April 1949 ini bertujuan untuk membahas permasalahan tentang kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag dilakukan pada tahun yang sama. Perjanjian ini sukar menemukan titik terang sehingga memerlukan kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah melakukan pembahasan yang sangat genting, pada 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta berhasil mengeluarkan Perjanjian Roem-Roijen atau Roem-Royen Statements. Hasil perjanjian tersebut diucapkan oleh kedua delegasi dari Indonesia dan Belanda. Delegasi Indonesia menyatakan tiga perjanjian, yaitu:

  1. Pengeluaran perintah kepada pengikut-pengikut Republik Indonesia (RI) yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya.
  2. Kerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban serta keamanan.
  3. Turut serta pada KMB di Den Haag untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat (NIS) tanpa syarat.

Merujuk litbang.kemendagri.go.id, di sisi lain, delegasi Belanda membuat lima perjanjian, yaitu: 

  1. Menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke Yogyakarta
  2. Menjamin penghentian gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik
  3. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara yang ada di daerah kekuasaan RI sebelum 19 Desember 1949 dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan RI
  4. Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari NIS
  5. Berusaha sungguh-sungguh agar KMB segera diadakan usai Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta. 

Sejak keluarnya Perjanjian Roem-Roijen, kehidupan politik di Yogyakarta mulai bergerak diikuti dengan meluapnya ketakutan golongan penyokong politik tentara Belanda.

Selain itu, Presiden Sukarno dan Wapres Hatta (Proklamator Kemerdekaan Indonesia) telah kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibu kota sementara Indonesia. Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden PDRI menyerahkan kembali mandatnya kepada Sukarno dan resmi mengakhiri PDRI. KMB pun berhasil dilaksanakan dan mencapai persetujuan tentang semua masalah agenda, kecuali masalah Papua-Belanda.

Pilihan editor : Johnny G Plate Ungkap RI Sudah Melalui 3 Fase Kedaulatan, Saat Ini Kedaulatan Digital
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rusia Akan Dirikan Patung Soekarno di Moskow

12 hari lalu

Patung Soekarno di Kota Ende. BPMI Setpres/Laily Rachev
Rusia Akan Dirikan Patung Soekarno di Moskow

Rusia akan mendirikan patung presiden pertama Indonesia, Soekarno, di Moskow sebagai respon dari peresmian patung kosmonot Yuri Gagarin di Jakarta


Ada SBY hingga Hitler, Ini 9 Pemimpin Negara yang Punya Hobi Melukis

32 hari lalu

SBY mengunggah foto dirinya dan lukisannya. Foto: Instagram Ani Yudhoyono.
Ada SBY hingga Hitler, Ini 9 Pemimpin Negara yang Punya Hobi Melukis

Beberapa pemimpin negara di dunia memiliki hobi dalam berkesenian, seperti melukis. Salah satu mantan presiden Indonesia yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga ahli dalam melukis yang juga menjadi hobinya.


Versi Hari Maritim 21 Agustus, 4 Hari Setelah Proklamasi Berhasil Pukul Mundur Angkatan Laut Jepang

35 hari lalu

Taruna AAL tingkat III angkatan ke-66 mengikuti prosesi
Versi Hari Maritim 21 Agustus, 4 Hari Setelah Proklamasi Berhasil Pukul Mundur Angkatan Laut Jepang

Hari Maritim Nasional punya 2 versi, salah satunya 21 Agustus peringati keberhasilan pasukan Indonesia memukul mundur angkatan laut Jepang.


Hari Ini 78 tahun Lalu: 3 Poin Penting Sidang Kedua PPKI, Pembentukan 12 Kementerian Pertama RI

37 hari lalu

Sidang PPKI pada 18 Agustus 1945. Foto: Istimewa
Hari Ini 78 tahun Lalu: 3 Poin Penting Sidang Kedua PPKI, Pembentukan 12 Kementerian Pertama RI

Setelah proklamasi, PPKI tercatat melakukan tiga kali sidang. Yakni sidang pada 18 Agustus, pada 19 Agustus, dan 22 Agustus. Ini hasilnya.


Pentingnya Sektor Pertanian dalam Kemerdekaan Indonesia

38 hari lalu

Pentingnya Sektor Pertanian dalam Kemerdekaan Indonesia

Kementerian Pertanian mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) atas keberhasilan Indonesia swasembada beras


Prabowo Subianto Dua Kali Disorot PDIP: Food Estate dan Munasprok

38 hari lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berjoget bersama para undangan usai Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 17 Agustus 2023. HUT ke-78 RI tersebut mengangkat tema Terus Melaju Untuk Indonesia Maju. ANTARA/Pool/Akbar Nugroho Gumay
Prabowo Subianto Dua Kali Disorot PDIP: Food Estate dan Munasprok

Prabowo Subianto setidaknya sudah dua kali disorot PDIP terkait Food Estate dan Munasprok. Apa alasannya sehingga Prabowo disorot PDIP?


Riwayat Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Tempat Deklarasi Golkar-PAN Dukung Prabowo

39 hari lalu

Pengunjung berfoto di dekat patung Soekarno di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, di Jakarta, 17 Agustus 2015. Rumah yang pernah menjadi kediaman Laksamana Muda Maeda ini adalah tempat naskah proklamasi dirumuskan dan ditandatangani oleh Soekarno sebelum dibacakan 70 tahun lalu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Riwayat Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Tempat Deklarasi Golkar-PAN Dukung Prabowo

Museum Perumusan Naskah Proklamasi memiliki riwayat panjang, selain menjadi tempat deklarasi Golkar dan PAN mendukung Prabowo. Ini riwayatnya.


5 Tempat Pengasingan Bung Karno yang Kini Jadi Tempat Wisata

39 hari lalu

Wisatawan mengunjungi situs bekas rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, 19 Oktober 2015. Rumah ini menyimpan barang-barang peninggalan Soekarno saat diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1934-1938. TEMPO/Frannoto
5 Tempat Pengasingan Bung Karno yang Kini Jadi Tempat Wisata

Di tempat pengasingan itu, tidak mematikan semangat Bung Karno mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka.


Rayakan HUT RI ke-78, Kemendikbudristek Gelar Tapak Tilas Proklamasi

39 hari lalu

Tapak Tilas Proklamasi 2023. Dok: Kemendikbud.
Rayakan HUT RI ke-78, Kemendikbudristek Gelar Tapak Tilas Proklamasi

(Kemendikbudristek) melalui Museum dan Cagar Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, menggelar Trapesseum Fest 2023.


Wali Kota Depok Keluarkan SE Peringatan Detik-detik Proklamasi, Warga Diminta Hentikan Aktivitas 3 Menit

40 hari lalu

Sejumlah anggota Paskibraka mengibarkan bendera dalam gladi kotor Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu, 13 Agustus 2023. Puncak peringatan HUT RI akan digelar pada 17 Agustus 2023. ANTARA/Sigid Kurniawan
Wali Kota Depok Keluarkan SE Peringatan Detik-detik Proklamasi, Warga Diminta Hentikan Aktivitas 3 Menit

Warga Depok diminta hentikan aktivitas sejenak saat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang secara serentak di berbagai wilayah.