TEMPO Interaktif, Jakarta - Anggota Majelis Pertimbangan Partai Serikat Rakyat Independen (SRI), Arbi Sanit, hingga saat ini belum mengkonfirmasi kesediaan Sri Mulyani Indrawati untuk dicalonkan sebagai presiden dari Partai Serikat Rakyat Independen yang didirikannya. Meskipun saat ini mantan Menteri Keuangan itu tengah berada di Tanah Air di sela tugasnya sebagai Managing Director Bank Dunia di Washington.
Menurut Arbi, kedatangan SMI kali ini untuk berlebaran dengan keluarganya. “Sebagian besar untuk Lebaran,” kata Arbi saat dihubungi Tempo, Sabtu 3 September 2011.
Arbi menyatakan, meski kini perempuan asal Lampung itu tengah berada di Jakarta, ia belum mengkonfirmasi kesediaannya dicalonkan sebagai presiden. “Belum konfimasi sampai sekarang,” ujarnya. Arbi menyebut saat ini memang bukan saat yang tepat bagi SMI untuk mendeklarasikan diri sebagai presiden.
Sebab, Partai SRI belum resmi menjadi badan hukum alias masih dalam tahap verifikasi oleh Kementerian Hukum dan HAM. “Kalau Partai SRI saja belum jadi badan hukum, bagaimana SMI mau mengkonfirmasi (jadi capres)? Nanti dibilang terlalu nafsu (jadi presiden),” ucap dia terkekeh. Menurut profesor ilmu politik Universitas Indonesia ini, hasil verifikasi Partai SMI baru akan keluar 27 September nanti.
“Kalau deklarasi sekarang, secara diplomatis itu salah,” ujar Arbi. Ia menjelaskan, pendeklarasian SMI sebagai capres perlu waktu dan penahapan. “Ada strateginya, kapan bilang iya, kapan menyatakan bertanggung jawab pada partai, kapan memimpin langsung,” kata dia. Lagi pula, Arbi menambahkan, tidak harus tunggu Lebaran bagi SMI untuk kembali ke Indonesia dan menyatakan dirinya bersedia dicalonkan sebagai presiden. “Kapan saja dia bisa ke sini, kan?” tutur Arbi.
Hingga kini Arbi sendiri belum merencanakan bertemu SMI. Begitu juga dengan anggota Partai SRI lainnya. “Belum ada forum yang pernah mempertemukan Sri Mulyani dengan anggota Partai SRI,” ucap dia. Selama ini, kontak dengan SMI memang lebih banyak dilakukan secara personal dengan beberapa pendukung dia sebagai capres, seperti Wimar Witoelar dan Rahman Tolleng.
ATMI PERTIWI