TEMPO Interaktif, Jakarta - Lewat tiga hari dari tragedi di Oslo dan Utoya, Norwegia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar konferensi pers untuk mengutuk aksi tersebut. Setelah menyampaikan duka cita Indonesia untuk Norwegia, ia menyatakan kejadian itu merupakan bukti terorisme bisa terjadi di mana saja, kapan saja, oleh kelompok manapun.
"Terorisme tidak terbebas dari agama, suku, bangsa, ataupun identitas lain. Terorisme adalah terorisme," ujar SBY di Kantor Presiden, Senin, 25 Juli 2011.
Pemboman di Oslo dan penembakan di pulau Utoya yang menewaskan setidaknya 93 orang itu sempat dituding sebagai hasil kerja jaringan teroris muslim. Namun, ternyata justru pelakunya yang telah tertangkap dan segera diadili adalah warga Norwegia fundamentalis sayap kanan.
Menurut SBY, kemarin ia telah menulis surat bagi Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg untuk menyampaikan bela sungkawa Indonesia. Dalam surat itu, dia menyebut keyakinannya bahwa negeri Skandinavia itu bakal segera bangkit mengatasi tantangan tersebut dengan nilai toleransi dan demokrasi yang dijunjung Norwegia.
Dia berpendapat Indonesia bisa memetik pelajaran dari apa yang terjadi di Norwegia. "Sebuah negara makmur, tenang, damai, ternyata tidak terbebas dari ancaman terorisme dan aksi kekerasan yang tidak berperikemanusiaan," ucapnya.
SBY mengatakan Indonesia kini sedang bersungguh-sungguh mencegah dan menanggulangi aksi terorisme, kekerasan, dan radikalisme. "Saya menyeru seluruh rakyat Indonesia, di manapun saudara melaksanakan kegiatan sehari-harinya, jangan abaikan unsur keselamatan dan keamanan. Kunci keberhasilan menanggulangi terorisme adalah kemitraan kerja sama yang baik antara negara dan masyarakat," tuturnya.
BUNGA MANGGIASIH
[