TEMPO Interaktif, Jakarta - Siang tadi, Sabtu 23 Juli 2011, terik matahari tidak menyurutkan hasrat Pong Harjatmo menyampaikan unek-uneknya di arena Rapat Koordinasi Partai Demokrat. Aktor kawakan era 1980-an ini membentangkan spanduk putih panjang 2 meter dan lebar 1 meter. Spanduk dengan tulisan cukup besar itu terbaca: Brantas Korupsi atau Bubar Saja.
Tampaknya, ia merasa gerah dengan partai pemenang Pemilu 2009 yang saat kampanyenya menggaungkan antikorupsi. Namun, kenyataannya, sekarang korupsi terus menjamur bahkan di tubuh subuh di tubuh partai yang dilahirkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono itu.
"Partai Demokrat ini memiliki slogan anti korupsi. Kalau tidak bisa memberantas korupsi, ya bubar saja," ungkap Pong di depan gedung Sentul International Convention Center, lokasi Rapat Koordinasi Nasional Partai Demokrat.
Pong menunjuk pada aksi bekas Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhamad Nazaruddin yang terlibat dalam kasus suap proyek wisma atlet di Jakabaring. kasus ini menyeret sejumlah kader Demokrat yang lain.
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono juga Presiden RI memiliki kekuasaan yang seharusnya bisa memulangkan Nazaruddin, yang kini buron KPK tersebut. "Kenapa Ketua Dewan Pembina tidak mampu memulangkan kadernya?" tanya Pong.
Aksi Pong ini sempat membuat keributan di lokasi rapat. Pong yang mengenakan jaket warna biru dan celana jins sobek beberapa lubang, sempat diseret keluar dari lokasi yang dianggap menggangu acara. Pong sudah dua kali melakukan aksi protes, yaitu saat Dewan Perwakilan Rakyat akan membangun gedung baru di Senayan.
Aksi demo tak hanya dilakukan Pong. Di bundaran sekitar 10 meter dari lokasi gedung Sentul, sekitar 30 orang ini menyindir Nasaruddin agar kembali ke Indonesia. Mereka menggunakan baju Partai Demokrat putih-biru dengan membentangkan spanduk bertuliskan "Tuhan Tolonglah Nyasaruddin." Aksi ini berlangsung kurang dari 30 menit. Mereka diusir aparat keamanan.
Saat rapat, Yudhoyono secara tegas meminta kader yang bermasalah segera keluar dari Partai Demokrat. Menurutnya, kader ini merusak citra dan kehormatan partai. "Serahkan kartu tanda anggota," kata SBY. Ia juga menegaskan akan memperketat pengawasan kode etik. Dewan Kehormatan pun terus mengawasi dan proaktif mengambil tindakan. Rapat dihadiri 5.300 peserta dari seluruh Indonesia.
EKO ARI WIBOWO