TEMPO Interaktif, Pasuruan - Seekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularisz) liar mengamuk menyerang warga Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan. Dalam sebulan ini, korban keganasan monyet ekor panjang itu mencapai lima orang.
Mereka rata-rata mengalami luka robek. Korban, yaitu Nisa, 10 tahun; Jumali, 37 tahun; Ahmad Efendi, 17 tahun; Khoirul Huda, 21 tahun; dan Muhammad Rizki, 5 tahun.
"Seekor monyet tiba-tiba menyerang dan menggigit anak saya," kata ibunda Rizki, Rusmini, warga Desa Oro Oro Ombo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Sidoarjo. Korban monyet ekor panjang ini menjalani perawatan hingga harus menjalani operasi untuk menjahit luka robek yang dialaminya.
Diduga monyet ekor panjang ini milik warga setempat yang terlepas. Lantaran, di daerah setempat tak ada habitat monyet ekor panjang. Biasanya, monyet ekor panjang berkembang biak dan hidup berkelompok di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soerjo di lereng Gunung Arjuna, sedangkan lokasinya jauh dari hutan lindung tersebut.
Warga setempat hingga kini terus waspada dan memburu monyet ekor panjang tersebut. Mereka khawatir jika monyet kembali menyerang dan mencederai warga. Bahkan, sejumlah warga sempat berburu dengan senapan laras panjang dan mengerahkan anjing pemburu.
Kini, populasi monyet ekor panjang di kawasan Tahura Raden Soerjo merosot. Penyebabnya adalah tingginya frekuensi perburuan satwa liar di kawasan hutan yang terletak di lereng Gunung Welirang dan Arjuna ini. Pelaku perburuan satwa liar ini berasal dari berbagai daerah. "Satwa hasil buruan, selain diambil daging untuk konsumsi, juga diburu hidup untuk dijual di pasar burung," kata Ketua ProFauna Indonesia.
Berdasarkan penelitian ProFauna Indonesia, kawasan Tahura Raden Soerjo menjadi habitat bagi Lutung Jawa, monyet ekor panjang, tupai raksasa, kucing hutan, 80 jenis burung, termasuk elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Elang Jawa merupakan satwa yang dilindungi karena terancam punah.
Maraknya perburuan satwa di Tahura Raden Soerjo disebabkan tak adanya penjagaan khusus di pintu masuk kawasan. Bahkan, selama ini tak ada patroli untuk mengawasi masyarakat yang masuk kawasan, sedangkan akses jalan masuk menuju kawasan lindung ini juga mudah. Sejumlah titik jalan dari permukiman warga serta jalan beraspal juga telah membelah kawasan ini.
EKO WIDIANTO