TEMPO Interaktif, Jakarta - Kamis pagi, 23 Juni 2011, auditorium Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dipenuhi puluhan siswa-siswi sekolah dasar dari seputaran Jakarta. Mengisi liburan sekolah, siswa-siswi usia 9-13 tahun ini mengikuti "Workshop Jurnalis Cilik" bertema "Membangun Generasi Anti-Korupsi".
"Salam kasih sayang, adik-adik," sapa Ketua KPK, Busyro Muqoddas, kepada sekitar 65 siswa-siswi SD. Lalu mulailah Busyro berkisah tentang apa itu korupsi. "Koruptor itu penipu sejati, yang dicuri itu uang rakyat triliunan rupiah," ujar Busyro.
Korupsi, Busyro melanjutkan, mulai dari rumah hingga pemerintahan. "Maka jadilah anak yang jujur dari sekarang," kata Busyro. "Jujur dimulai dari rumah, sekolah, hingga nanti ketika kalian sudah bekerja."
Akibat korupsi, Busyro memaparkan, kini banyak rakyat belum sejahtera. "Siapa mereka?" ucapnya. "Yang tinggal di kolong jembatan," jawab cepat salah seorang siswa pria. Jawaban itu membuat Busyro bersuka cita karena ternyata anak-anak tanggap terhadap dampak langsung korupsi bagi rakyat.
Nah, karena bahayanya korupsi bagi rakyat, Busyro menantang anak-anak untuk bertanya kepada orang tua mereka. "Berani tidak tanya uang ayah didapat dari mana?" ujar Busyro. Busyro meminta, sebagai anak harus kritis mempertanyakan kehalalan rezeki ayahnya. "Tentunya tanya dengan baik-baik ya," ucap Busyro.
Usai diskusi, sejumlah siswi melihat aksi sapu uang oleh mahasiswa Universitas Indonesia. Sekitar 50 puluh mahasiswa menyapu uang sebagai simbol KPK harus bertindak tegas kepada koruptor. Salah seorang polisi yang mengawal aksi bertanya kepada para siswa SD, "Mau tidak uang itu, lumayan lho." Seorang siswi kemudian menjawab tegas, "Nggak mau, itu urang haram."
DIANING SARI