TEMPO Interaktif, Jakarta - Menjelang penutupan pendaftaran pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 20 Juni mendatang, anggota Panitia Seleksi Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Rhenald Kasali, menuturkan sedang mencari calon berlatar belakang akuntan. "Paling tidak yang mengerti akuntansi forensik," kata Kasali dalam diskusi di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu, 11 Juni 2011.
Kasali memberi contoh bekas Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi periode pertama, Erry Riyana Hardjapamengkas, yang merupakan sarjana akuntan. "Kami mencari akuntan yang bagus, tapi kelihatan banyak yang penakut, akuntan asyik cari duit," kata Kasali. "Maka kini panitia seleksi mulai 'menjemput bola' mencari calon berkualitas."
Sekretaris Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum Denny Indrayana berharap pimpinan komisi mendatang adalah orang-orang yang tak memiliki kepentingan. "Berani, berintegritas, moralitas terjaga, dan 'setengah malaikat'," kata Denny.
Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho berharap pimpinan KPK mempunyai independensi dan berani. "Pimpinan komisi sekarang terkesan tak independen dan penakut," kata Emerson. "Contohnya kasus Nazaruddin, KPK terlihat lamban karena melibatkan partai berkuasa."
Saat ini, untuk menjaring calon yang berkualitas, panitia seleksi yang beranggotakan 12 orang itu sudah 'menjemput bola'. Setiap anggota mencari 10 orang sehingga paling tidak terkumpul 120 orang calon pimpinan. "Ketika dibuka di rapat, ternyata ada kesamaan nama," kata Kasali.
Emerson memuji langkah KPK. "Cara ini membujuk mereka yang punya kapasitas, daripada dia tidak 'menjemput bola', tapi yang masuk para pembela koruptor," kata Emerson.
Dia mengingatkan bahwa proses kritis uji kepatutan dan kelayakan di Dewan Perwakilan Rakyat harus diawasi. "Bagaimana menghindari proses tawar-menawar di sana," papar Emerson.
DIANING SARI