"Apakah mereka setuju dengan adanya penembakan aktivis, penculikan aktivis, pemberangusan media massa, dan pelanggaran HAM. Setuju nggak mereka?" imbuhnya. "Kalau mereka tidak setuju, berarti hasil survei itu tidak mencerminkan rakyat."
Dari hasil survei Indo Barometer yang dirilis kemarin, Ahad 15 Mei 2011, responden yang menyatakan kondisi saat ini lebih baik hanya sebesar 22,8 persen dan 3,3 persen lainnya menyatakan Orde Lama lebih baik. Sedangkan 3,2 persen menyatakan semua pemerintahan sama buruknya dan 22,1 persen menjawab tak tahu.
Survei Indo Barometer melibatkan 1.200 orang, dan 36,54 persen responden dari seluruh Indonesia itu memilih Soeharto. Di bawah Soeharto barulah Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu 20,9 persen. Berturut kemudian Presiden Soekarno dengan 9,8 persen, Presiden Megawati dengan 9,2 persen, B.J. Habibie dengan 4,4 persen, dan mendiang Abdurrahman Wahid dengan 4,4 persen.
Era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, menurut Ramadhan, jauh lebih baik dibandingkan era Orde Baru. Patokannya adalah angka kemiskinan yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik terus menurun. Jika ternyata hasil survei Indo Barometer menyatakan sebaliknya, berarti sosialisasi dari tiap kementerian tidak berjalan. "Dan belum sampai ke masyarakat."
Karena itu, dia menilai peran humas di tiap kementerian harus lebih getol mensosialisasikan dan mempublikasikan hasil kerja kementerian. Humas juga harus menyampaikan ke publik ihwal kesuksesan apa saja yang sudah dicapai kementerian, sehingga masyarakat mendapat informasi yang utuh tentang capaian pemerintah.
Ramadhan, yang menjadi anggota Komisi Pemerintahan Dalam Negeri DPR, menghargai survei kritis yang dilakukan Indo Barometer, dan berharap bisa dijadikan perangsang atau pemacu kinerja pemerintah. Hasil survei yang menempatkan SBY di urutan kedua menjadi bukti bahwa kinerja pemerintah masih jauh lebih baik dari lima presiden lainnya selain Soeharto. "Tapi, kalau memang masih ada kekurangan akan kita perbaiki di sana-sini," ujarnya.
MAHARDIKA SATRIA HADI