TEMPO Interaktif, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai almarhum Rosihan Anwar merupakan sosok orang yang kritis terhadap pemerintah. Kekritisan Rosihan ini termasuk terhadap pemerintahannya. Meski kritis, namun Yudhoyono mengakui tetap memiliki hubungan baik dengan wartawan senior tersebut.
"Sejak era Presiden Soekarno, era Presiden Soeharto sampai era reformasi, beliau tetap kritis," kata Yudhoyono usai melayat di rumah duka Rosihan Anwar, hari ini, Kamis 14 April 2011. Rosihan meninggal Kamis (14/4) pagi tadi.
Presiden yang hadir didampingi Ibu Negara Ani Yushoyono mengungkapkan pertemuan terakhirnya dengan Rosihan terjadi di Istana Negara beberapa waktu lalu. Keduanya juga sempat terlibat dialog. Saat itu, Rosihan menyampaikan pandangan-pandangan yang kritis, tetapi penuh dengan tanggung jawab dan niat baik. "Tapi kami bersahabat dan saya masih ingat ketika dalam beberapa dialog beliau hadir, yang terakhir kali di Istana Negara," kata dia.
Yudhoyono juga merasa kehilangan salah satu tokoh besar dan tokoh segala zaman. "Kita kenal beliau bukan hanya sekedar wartawan, tapi juga sastrawan, budayawan dan juga tokoh film," ujarnya. Menurut Yudhoyono, telah banyak yang dilakukan Rosihan Anwar terhadap negeri ini . "Kalau kita lihat perjalanan hidupnya, itu benar- benar mengalami pasang surutnya sejarah, sebagai pelaku sejarah sejak zaman penjajahan."
Dia juga berharap bakal muncul Rosihan Anwar-Rosihan Anwar baru, menjadi tokoh besar yang memajukan dunia media massa, seni dan budaya, sastra serta dunia perfilman. Rosihan Anwar meninggal Kamis (14/4) pagi tadi dalam usia 88 tahun. Tokoh pers nasional ini meninggal karena penyakit jantung yang dideritanya sejak 2 bulan lalu.
EKO ARI WIBOWO