Setelah melakukan aksi unjuk rasa dan pemblokiran kampus akhir pekan lalu, Selasa siang tadi (22/3), ratusan mahasiswa jurusan Farmasi kembali melakukan protes.
Meski telah difasilitasi pihak kampus dalam sebuah pertemuan, acara yang melibatkan orang tua mahasiswa ini sempat diwarnai kericuhan.
Mahasiswa memprotes sikap petugas keamanan kampus dan yayasan yang melarang wartawan meliput pertemuan itu. "Biarkan media masuk dan menjadi saksi kebobrokan kampus ini," teriak mereka sambil menggebrak kursi,
Meski sempat diwarnai adu mulut dengan petugas keamanan, belasan wartawan akhirnya memilih menunggu di luar ruangan.
Atika, salah satu koordinator mahasiswa menuntut pihak yayasan menyelesaikan akreditasi kampus yang hingga kini belum selesai. Bahkan sejak didirikan tahun 2005 silam, perguruan tinggi itu sama sekali belum mengantongi akreditasi.
Baca Juga:
"Kalian telah menipu kami dan masyarakat," kata Atika yang disambut tepuk tangan mahasiswa.
Akibat kondisi ini, para lulusan IIK terutama jurusan Farmasi kesulitan melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan. Mereka memberi tenggat waktu hingga bulan Juli 2011 kepada yayasan untuk menyelesaikan akreditasi.
Ketua Yayasan IIK Bambang Harsono yang hadir menemui mahasiswa mengaku kesulitan mengurus akreditasi dengan kekurangan yang ada. Di antaranya adalah kualitas dosen yang hanya mengantongi ijasah S-1.
"Saya sudah meminta bantuan dosen perguruan tinggi untuk mengajar, tetapi mereka keberatan," ujarnya.
Selain dosen, Bambang juga mengeluhkan perilaku stafnya yang kerap berbuat curang selama bekerja. Di antaranya adalah membawa pulang peralatan laboratorium untuk kepentingan pribadi di luar kampus. Hal ini berdampak pada kegiatan belajar mahasiswa dan penilaian tim akreditasi.
Untuk meredam emosi mahasiswa dan orang tua, Bambang meyakinkan kampus tersebut akan terakreditasi pada tahun ini. Dia meminta mahasiswa bersabar sambil menunggu upaya yang dilakukan Bambang. "Saya jamin tidak ada pungutan lagi selama akreditasi belum keluar," ucapnya.
Pertemuan tersebut berakhir meski tetap menyisakan kekecewaan mahasiswa. Sebab tuntutan mereka untuk membuat perjanjian tertulis atas komitmen yayasan tidak dipenuhi. HARI TRI WASONO.