Dalam diskusi itu, Habibie mengungkapkan rahasia hubungan suami-istri yang baik dari kacamata seorang suami. ”Intinya adalah peduli. Kalau ada istri yang menyuruh suaminya makan, ya disambut dengan baik. Itu pengalaman saya bersama Ainun membina rumah tangga,” kata Habibie.
Mantan Menteri Riset dan Teknologi itu terlihat bersemangat menceritakan lika-liku hubungan rumah tangganya bersama almarhumah, Ainun Habibie. Tangannya hampir tak pernah berhenti terangkat. Bahasanya filsafat, sekaligus menggabungkan sedikit teori-teori fisika. ”Software Ibu Ainun di download dari hati saya. Itu sebabnya kami selalu menjadi dwitunggal. Maaf saya berbicara teori berdasarkan pendidikan saya. Tapi karena memang itu terkait dan saya merasakannya seperti itu," katanya.
Habibie mengatakan, kehidupan rumah tangganya bersama sang istri memiliki lima kekuatan elemen. Yakni, cinta murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi. ”Ada kesatuan yang menyatukan. Lima kekuatan elemen itu harus dilihat setiap oleh suami,” katanya.
Habibie pun menuturkan saat mereka tinggal di Eropa. Kala itu, kata Habibie, dia mempunyai banyak kolega yang cantik. ”Sampai-sampai istri saya bertanya? Apa kamu tidak tertarik dengan mereka. Saya bilang tidak. Karena saya mempunyai lima elemen itu,” ujarnya.
Diskusi yang dipandu Budayawan Fuad Rumi dan Ketua Ikatan Wanita Pengusaha, Ida Farida Noer, berlangsung sekitar dua jam. Habibie menuliskan 37 bab buku yang mengulas perjalanannya bersama sang istri. "Saya selalu merasakan Ainun berada di sekitar saya. Dengan adanya buku ini ia akan terus ada pada kehidupan ini,” ujarnya.
Seusai diskusi, peserta yang didominasi ibu rumah tangga, langsung menyerbu berfoto dan meminta tandatangan mantan wakil presiden di era Presiden Soeharto itu. "Bagi saya beliau memberikan banyak inspirasi. Apalagi, ketika beliau bercerita kesetiaan Ibu Ainun memperhatikan sang suami hingga akhir hayatnya," kata Ida Farida.
Ilham Habibie, salah satu anak Habibie, bersama promotor event Adri Subono tampak terlihat mendampingi Habibie. "Buku ini menyentuh dan memberikan inspirasi. Bapak saya yang menulis, tapi saya terharu juga membacanya," ujar Ilham.
ICHSAN AMIN