TEMPO Interaktif, Jakarta - Juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap akan berkunjung ke kota Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, hari Selasa (18/1), dalam acara kebudayaan, termasuk mendapat gelar kehormatan dari salah satu suku di Batak. Rencana pemberian gelar ini mendapat protes dari sejumlah komunitas orang Batak.
Presiden dijadwalkan meresmikan Museum Batak di TB Silalahi Center, yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Medan. "Itu memang sudah diagendakan," kata Julian di Kantor Presiden, Senin (17/1).
Sebelumnya, TB Silalahi, penggagas pembaharuan Museum Batak di Balige menjelaskan, yang bakal ditahbiskan kepada Yudhoyono adalah gelar Patuan, setara pangeran, dari puak Angkola. Gelar itu diberikan karena Yudhoyono adalah tokoh yang dihormati, yang akan meresmikan Museum Batak tersebut.
Menurut Silalahi, itu adalah praktek yang lazim dilakukan lembaga adat Angkola bagi orang-orang terhormat. Ia menambahkan, lima puak lainnya, yakni Pakpakdairi, Karo, Simalungun, Toba, dan Mandailing, juga bakal memberikan penghormatan bagi Yudhoyono. Namun bentuknya bukan gelar, tetapi pakaian kebesaran. Meski rencana pemberian gelar itu mendapat protes, TB Silalahi tak berencana membatalkannya.
Menurut Julian, gelar yang akan disampaikan bukan gelar raja Batak seperti yang selama ini muncul di media. "Itu bukan penghargaan raja batak. Ini ada misleading, pertemuan yang diwacanakan itu ada salah satu suku di sana memberikan penghargaan kepada presiden," katanya. Dia meminta masalah ini tidak dibesar-besarkan.
Julian mengatakan, hal yang wajar ada kelompok masyarakat yang ingin memberikan perhatian berupa gelar kehormatan kepada presiden dalam bentuk pemberian gelar. Hal yang sama juga sering dilakukan suku lain ketika Presiden berkunjung.
Dalam kesempatan kunjungan ke Sumatera Utara, Presiden juga akan meresmikan infrastruktur listrik di Asahan, Sumatera Utara.
EKO ARI WIBOWO