TEMPO Interaktif, Balikpapan - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Balikpapan Kalimantan Timur mengalokasikan anggaran Rp 300 juta untuk biaya kesehatan pelacur di lokalisasi Lembah Harapan Baru. Lokalisasi yang berada di kawasan Kilometer 17 Soekarno-Hatta tersebut dihuni 401 pelacur yang berasal dari kota/kabupaten seluruh Indonesia.
“Dinas Kesehatan saja menganggarkan tidak kurang Rp300 juta per tahun untuk biaya pemeliharaan kesehatan para PSK (pekerja seks komersial) di sana,” kata anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Balikpapan, Fitriati, Selasa (28/9).
Fitriati mengatakan dana tersebut dimanfaatkan untuk program pemantauan, antisipasi HIV-AIDS, hingga penyuluhan penyakit kelamin. DKK Balikpapan, katanya rutin mengalokasikan anggaran penanganan kesehatan pelacur di lokalisasi setiap tahunnya.
Ironisnya, Fitriati menyatakan mayoritas pelacur tersebut bukan merupakan warga Balikpapan. Data Unit Pelaksana Teknis Lembah Harapan Baru menyebutkan 97 persen pelacur merupakan warga Jawa Timur.
Karena itu, Fitriati mendukung rencana Pemerintah Balikpapan menutup permanen lokalisasi Lembah Harapan Baru. Seluruh pelacur dari luar kota, menurutnya, akan dipulangkan kembali ke daerahnya masing masing.
Data UPT Lembah Harapan Baru menyebutkan mayoritas pelacur didominasi warga Jawa Timur sebanyak 387 orang atau 97 persen dari total 401 orang. Mayoritas pelacur berasal dari Banyuwangi (31,67 persen), Bondowoso (23,94 persen), Jember (17,96 persen), Probolinggo (7,98 persen), Nganjuk (6,73 persen), Malang (4,74 persen) dan Blitar (3,49 persen). Sisanya sebanyak 3,49 persen, berasal dari sejumlah kota/kabupaten lainnya di Indonesia.
Hanya 1 persen atau empat pelacur yang merupakan warga asli Balikpapan. Identifikasinya berdasarkan kepemilikan kartu tanda penduduk (KTP) dikeluarkan Pemerintah Balikpapan.
Lokalisasi Lembah Harapan Baru awalnya merupakan tempat penampungan sosial. Namun pada perkembangannya, jumlah pelacur terus membengkak dari 115 orang jadi 401 pada 2010 ini.
Wali Kota Balikpapan, Imdaad Hamid, berkomitmen menutup komplek lokalisasi Lembah Harapan Baru sebelum berakhir masa jabatannya pada Februari mendatang. Pemerintah Balikpapan sudah melakukan kajian dampak negatif penutupan komplek lokalisasi Lembah Harapan Baru.
“Hanya saja kita akan menutupnya dengan dampak cara yang sebaik-baiknya karena ini semua berurusan dengan manusia,” katanya.
Sudah setahun Balikpapan menargetkan mampu menutup komplek pelacuran Lembah Harapan Baru. Sebelumnya, Balikpapan sudah menutup komplek lokalisasi Manggarsari dan mengubahnya jadi pasar tradisional.
Dalam prosesnya, Balikpapan membentuk tim khusus untuk mengkaji dampak sosial dan ekonomi akibat penutupan komplek Kilometer 17. Balikpapan mengadopsi sistem daerah-daerah lain yang berani mengeluarkan kebijakan penutupan komplek pelacuran.
Komplek Kilometer 17 merupakan pelacuran tertua di Balikpapan. Di lokasi ini terdapat sedikitnya 500 pelacur yang berasal dari sejumlah daerah di Kalimantan, Sulawesi dan Jawa.
SG WIBISONO