Menurut dia, banyaknya jumlah penganggur karena minimnya kemampuan atau skill yang dimiliki. Selain itu, lapangan kerja yang tersedia juga terbatas. Sekitar 300 perusahaan di Pamekasan berdaya serap rendah. "Beroperasinya Jembatan Suramadu juga belum membantu mengatasi masalah pengangguran. Belum ada investasi baru untuk bisa meningkatkan pertumbuhan lapangan kerja," ujarnya.
Herman mengatakan tidak banyak program yang bisa dilakukan untuk menekan jumlah pengangguran. Hingga saat ini, yang bisa dilakukan adalah sebatas memberikan bekal dan modal kewirausahaan, serta mengarahkan mereka menjadi TKI nonformal, seperti karyawan dan pegawai pabrik. Mereka diberi keterampilan di bidang bahasa. "Tidak mungkin kami paksakan kerja di sini karena minimnya lapangan kerja,” ucap Herman pula.
Berdasarkan survei Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pamekasan, menjadi pegawai negeri merupakan peluang kerja yang paling banyak diburu. "Bagi orang Pamekasan, kalau belum jadi PNS belum merasa punya pekerjaan. Kalau ada lowongan calon PNS, mereka bahkan meninggalkan pekerjaan sebelumnya," tutur Herman.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pamekasan Khairul Kalam berharap pemerintah daerah lebih gencar mensosialisasikan peluang investasi dan potensi daerah. Hal itu perlu terus dilakukan agar banyak investor menanamkan modalnya sehingga tercipta lapangan kerja baru. "Jembatan Suramadu hanya merupakan sarana transportasi, tanpa sosialisasi potensi daerah tetap sulit menarik investor," paparnya. MUSTHOFA BISRI.