Sebab, proyek tersebut akan mengalihfungsikan lahan-lahan hijau menjadi jalan raya. "Ini yang bahaya karena kerusakan lingkungan akan menimbulkan bencana-bencana," kata Direktur Walhi Jawa Tengah Arif Zayyin kepada Tempo, (13/7).
Lahan itu terutama kawasan hutan yang diterabas habis untuk jalan tol. Lahan hutan yang dilalui proyek tol Semarang -Solo untuk seksi I antara Semarang-Ungaran mencapai 22,2 hektar yang ada di kawasan hutan Penggaron.
Sedangkan untuk pembangunan proyek tol Semarang-Batang akan memakan lahan hutan seluas 64 hektar. Hutan yang dilewati proyek tersebut kebanyakan terdapat di lahan hutan Mijen Semarang dan Boja Kendal.
Arif menyatakan dengan alihfungsi lahan hutan itu maka tata air tanah akan rusak sehingga bisa mengakibatkan krisis air. Akibat lain adalah fungsi udara yang tidak maksimal. Udara CO2 yang tidak bisa diserap pohon sehingga kualitas udara di lingkungan tidak bisa baik.
Selanjutnya, alihfungsi hutan juga akan mengakibatkan erosi sehingga tanah bisa mudah longsor. "Muara ini semua akan bisa menimbulkan bencana," ujarnya.
Arif menyatakan sejak awal Walhi sudah menolak proyek tol yang memakan lahan hutan. Dulu, kata Arif, Walhi meminta agar infrastuktur transportasi dibuat dengan jenis kereta api saja. Selain tidak butuh lahan banyak juga bisa lebih efektif. "Namun, itu ditolak," kata Arif.
Kini, proyek tol terutama di jalur Semarang-Solo sudah berjalan. Arif meminta agar pemerintah dan kontraktor mentaati aturan main yang ada dan mematuhi dokumen analisis mengenai dampak lingkungan.
ROFIUDDIN