TEMPO Interaktif, MADIUN - Jumlah bayi berusia di bawah lima tahun (balita) di Kota Madiun, Jawa Timur, yang mengalami gizi buruk dan kurang gizi tahun ini meningkat dibanding tahun lalu. Data Dinas Kesehatan Kota Madiun menyebutkan sejak Januari hingga Mei 2010, terdapat 47 balita yang mengalami gizi buruk dan kurang gizi. Padahal sepanjang tahun 2009 ditemukan 43 balita yang mengalami gizi buruk.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun dr Agung Sulistya Wardani menjelaskan, 47 balita tersebut menjalani rawat inap dan rawat jalan di enam Puskesmas, antara lain di Puskesmas Tawangrejo 13 balita, Puskesmas Patihan 13 balita, Puskesmas Oro-Oro Ombo sembilan balita, Puskesmas Manguharjo lima balita, Puskesmas Banjarejo lima balita, dan Puskesmas Demangan dua balita.
“Indikasi balita yang kurang gizi atau gizi buruk bisa dilihat dari perbandingan usia dan berat badan yang tidak ideal,” katanya, Selasa (13/7).
Menurut dia, rata-rata balita yang mengalami kurang gizi atau gizi buruk merupakan bawaan sejak dalam kandungan dan lahir prematur. ”Penanganannya lebih sulit dibanding dengan yang bukan karena bawaan sejak lahir,” ucapnya.
Hingga kini pihaknya sudah berupaya menjalankan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita tersebut. Tahun ini, Dinas Kesehatan Kota Madiun mendapat jatah dana PMT Rp 360 juta bagi 282 balita. “Program PMT untuk setiap balita berlaku selama 90 hari makan anak,” ucapnya.
Agung mengakui pihaknya masih menemui kendala dalam menjalankan program PMT, seperti masalah dana dan waktu yang terbatas. Dia mencontohkan bahwa PMT diberikan setiap dua minggu sekali dan harus diambil oleh orang tua balita di Puskesmas setempat. “Namun kadang nggak diambil dan terpaksa petugas Puskesmas yang mengantar ke rumah balita,” tuturnya.
PMT pun kerap tidak tepat sasaran karena diberikan pada anggota keluarga lain, misalnya, kakak dari balita tersebut sehingga menghambat pemulihan balita.
Agung menambahkan bahwa selain faktor bawaan sejak kandungan atau lahir, kasus gizi buruk juga dipengaruhi kondisi ekonomi keluarga. “Jika balita sudah pulih, tapi selanjutnya pasokan gizi kurang lagi, ya, bisa kembali mengalami gizi buruk,” paparnya.
ISHOMUDDIN