TEMPO Interaktif, Bantul - Para nelayan di pantai selatan Yogyakarta masih nekat melaut meskipun ketinggian ombak mencapai tiga meter. Selain itu angin di laut mempunyai kecepatan mencapai 9 hingga 18 kilometer perjam. Para wisatawan yang mengisi liburan di sepanjang pantai selatan diminta hati-hati.
“Meskipun ombak tinggi dan angin kencang, sebagian nelayan tetap melaut, karena ini satu satunya pekerjaan,” kata Misto, 39 tahun, nelayan Pantai Depok, Parangtritis, Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (30).
Para nelayan yang nekad melaut pun hanya mendapatkan ikan sedikit. Saat melaut mulai pukul 05.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB rata-rata hanya mendapatkan ikan dengan harga jual Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu saja.
Ia menjelaskan, ombak yang tinggi memang sangat berbahaya bagi perahu kecil milik nelayan. Disamping itu, angin yang kencang membuat nelayan harus ekstra keras melawan ombak dan kadang melawan angin yang tidak menentu arahnya.
Ikan pun ternyata tidak banyak yang “berkeliaran” di laut selatan jika ombak tinggi dan angin kencang. Para nelayan yang enggan melaut hanya menyandarkan perahu atau memperbaiki jaring.
Menurut Misto, keadaan seperti ini mengakibatkan paceklik ikan. Para nelayan mengalami siklus musim paceklik ikan hingga Agustus mendatang. Selain ada yang takut ombak dan angin kecang, dikhawatirkan perahu dan jaring mudah rusak jika dipaksakan.
Sementara itu, Fahmi Alamri (20), calon mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta asal Sulawesi Tengah yang tenggelam di Pantai Depok, Parangtritis, Jumat (28/5) sekira pukul 17.30 WIB, akhirnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, pada Sabtu (29/5). Mayatnya ditemukan oleh seorang nelayan di Pantai Pandansari, Dusun Wonoroto, Desa Gadingdari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, atau sekitar 5 kilometer arah barat dari lokasi kejadian.
”Mayat sudah mengambang pada Sabtu pukul 16.30 WIB saat saya menjaring ikan, terus saya lapor ke Tim SAR,” kata Mujiyono, nelayan setempat.
Setelah dilakukan evakuasi dan identifikasi jenasah oleh Unit Identifikasi Polres Bantul dan visum luar oleh petugas medis dari Puskesmas Sanden, jenasah dikirm ke RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta guna keperluan visum lebih lanjut. Jasad Fahmi dikenali oleh temanya, Anton.
Menurut Nugroho Purwanto, satf Data dan Informasi Kantor Satsiun Geofisika Kelas I, Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Yogyakarta, tinggi ombak di panati selatan Yogyakarta mencapai 3 meter. Sedangkan kecepatan angin mencapai 18 kilometer per jam “Kecepatan angin akan meningkat menjadi 18-26 kilometer perjam pada Senin (31/5),” kata dia.
Tinggi gelombang dan kecepatan angin dipengaruhi oleh musim pancaroba. Diperkirakan musim kemarau akan tiba pada dasarian kedua bulan Juni. Meskipun sudah masuk pada musim kemarau, kata dia, bukan berarti tidak ada hujan. Hujan di musim kemarau akan tetap ada meskipun intensitasnya tidak sebanyak musim hujan. "Kalau musim hujan rata-rata 50 milimeter per sepuluh hari, namun pada musim kemarau pasti di bawah angka itu,” kata Nugroho.
MUH SYAIFULLAH