"Jumlah siswa SMK yang tak lulus Ujian Nasional tahun ini adalah 11,17 persen. Jumlah ini naik dari angka ketidaklulusan tahun lalu yang 4,5 persen," kata Direktur Pembinaan SMK Kemendiknas Joko Sutrisno saat bertemu dengan wartawan di gedung Kemendiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (29/4).
Menurut dia, data yang dikeluarkan Kementeriannya belum lengkap karena sebanyak lima persen data siswa belum diterima. "Jumlah siswa SMK keseluruhan adalah 912 ribu sementara data yang masuk baru 864 ribu," katanya.
Dia mengatakan, mata pelajaran yang paling sulit diselesaikan siswa adalah Bahasa Indonesia. Sementara mata pelajaran praktek dapat diselesaikan siswa dengan baik. "Justru lemahnya di bidang Bahasa Indonesia."
Joko mengisyaratkan, kenaikan angka ketidaklulusan ini disebabkan terjadinya peningkatan kejujuran dalam Ujian Nasional. Tahun ini, pengawasan penyelenggaraan UN dilakukan dengan mengikutsertakan tenaga dosen dari perguruan tinggi. "Pengawasan tahun ini lebih baik sehingga kejujuran UN terjamin."
Dari data tersebut, diketahui Nusa Tenggara Barat sebagai daerah dengan tingkat ketidaklulusan tertinggi yaitu 51,87 persen.
Beberapa provinsi dengan angka ketidaklulusan yang mengejutkan antara lain: Daerah Istimewa Yogyakarta yang angka ketidaklulusannya mencapai 20,83 persen; Sumatera Barat, 22,3 persen, Sulawesi Selatan, 17,21 persen.
Sementara itu, hanya beberapa daerah dengan tingkat ketidaklulusan satu dijit yaitu DKI Jakarta, 7,81 persen; Jawa Tengah, 7,64 persen; Jawa Timur, 7,07 persen; Sumatera Utara, 8 persen; Sumatera Selatan, 2,95 persen; Lampung, 3,9 persen; Sulawesi Utara, 6,07 persen; Bali, 2,51 persen; dan Banten, 4,59 persen.
Bali kembali menjadi provinsi dengan tingkat kelulusan siswa SMK tertinggi. Sebelumnya, provinsi pulau dewata ini juga menjadi provinsi dengan angka kelulusan SMA/MA tertinggi se-Indonesia.
ANTON WILLIAM